Di hari ini, kita semua diminta untuk membantu pelestarian dan perlindungan gajah dari beragam ancaman yang mereka hadapi.
Hari Gajah Sedunia adalah salah satu upaya untuk menyelamatkan hewan ikonik tersebut dari kepunahan. Seperti halnya di Afrika yang telah kehilangan 35 ribu gajah tahun lalu. Diperkirakan hanya ada 500 ribu gajah yang hidup di Afrika. Angka itu turun dari 1,2 juta di tahun 1980-an, karena perburuan terus berlangsung akibat dipicu oleh permintaan gading, terutama di Asia untuk dijadikan obat tradisional dan juga sebagai simbol status.
Di Indonesia sendiri, kematian gajah Sumatera dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun ini saja di Riau 22 gajah mati dibunuh, jauh lebih banyak dibandingkan satu tahun sebelumnya yang hanya 14 ekor. Kematian satwa yang dilindungi itu akibat ditembak maupun diracun untuk diambil gadingnya lalu diperdagangkan hingga ke luar negeri, terutama ke wilayah Asia.
Dalam catatan WWF Indonesia, jumlah kematian gajah di Riau dari 22 ekor kematian gajah tersebut, 18 ekor di antaranya ditemukan di areal konsesi RAPP. Sedangkan empat ekor lainnya ditemukan masing-masing di Hutani Sola, Pusat Latihan Gajah, konsesi PT Arara Abadi dan Pusat Latihan Gajah Balai Raja.
Pembangunan hutan tanaman industri (HTI) dinilai sebagai salah satu penyebab tingginya angka kematian gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) di Riau, karena pembangunan jalan yang membelah hutan menyebabkan para pemburu gading Gajah semakin leluasa memasuki hutan tempat habitat satwa ini.
Gajah Sumatera dilindungi oleh UU 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Lembaga pemeringkat status konservasi satwa international IUCN pada 2012 telah menaikkan status gajah sumatera di alam dari rentan menjadi kritis atau hanya satu langkah menuju kepunahannya.
[***]
BERITA TERKAIT: