Delapan titik itu adalah; Jambur Sempakata, Jl.Jamin Ginting samping PLN Kabanjahe, 2.730 jiwa; Klasis GBKP, Jl. Kiras Bangun Kabanjahe, 590 jiwa; GBKP Kota, Jl. Kiras Bangun Kabanjahe, 600 jiwa; Jambur Payung, Jl. Tigan Derket, 420 jiwa; Jambur Taras Berastagi, Jl. Jamin Ginting Berastagi,1.574 jiwa.
Lalu Masjid Agung, Jl. Veteran simpang 3 Kabanjahe, 170 jiwa; Sentrum (PPWG Kabanjahe), Jl. Nabung Surbakti, 88 jiwa; dan Gereja Katolik, Jl.Irian, 87 jiwa.
"Pengungsi di Posko Jambur Taras Berastagi akan dipindahkan ke KWK Jalan Udara Berastagi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nuggroho dalam keterangannya, Senin (16/9).
Jambur adalah kearifan lokal masyarakat sekitar Gunung Sinabung yang merupakan gedung terbuka, seperti balai desa atau sanggar yang biasa digunakan untuk pertemuan warga, upacara adat atau kegiatan kemasyarakatan. Di jambur tersebut sudah ada fasilitas MCK, air bersih, peralatan dapur dan lainnya.
"Saat erupsi Gunung Sinabung tahun 2010 lalu jambur-jambur yang berada di desa-desa mampu menampung pengungsi sebanyak 12.000 jiwa. Jadi pengungsi tidak ditempatkan di tenda-tenda pengungsi," terang Sutopo.
Pada siang hari pemuda-pemuda dan pria yang mengungsi sebagian kembali ke rumahnya untuk merawat lahan pertanian dan ternak serta membersihkan rumahnya. Pada malam hari mereka kembali ke pengungsian. "Polisi telah dikerahkan untuk menjaga permukiman yang ditinggalkan warga yang mengungsi," ungkap dia.
Sampai saat ini tambah Sutopo, kebutuhan mendesak adalah tikar, selimut, alat masak, family kid, makanan bayi, makanan siap saji, dan obat-obatan (obat mata, obat batuk, obat diare dll).
[rus]
BERITA TERKAIT: