"Artinya penertiban lah jangan kita tajamkan kepada preman. Penertiban mereka yang bertindak di luar hukum. Kalau nggak ini negara tidak ada martabatnya," tegas Saidi saat dihubungi Wartawan, Jumat (9/8).
Pria yang berlogat kental Betawi itu menambahkan, gaya-gaya premanisme dan anarki sudah tidak berlaku untuk dipraktekkan di Jakarta. "Udah nggak jaman lah anarki-anarki sekarang," Imbuhnya
Ia berharap pertemuan antara Pemprov DKI Jakarta dengan PKL Tanah Abang dan tokoh masyarakat di Masjid Jami' Al Ma'mur, (Senin 5/8 ) kemarin bisa menengahi kemauan semua pihak.
Terkait cara penyampain Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama (Ahok) yang dinilai beberapa kalangan kasar dan tidak patut dicontoh, Said menilai gaya Ahok tidak berpengaruh ditelinganya
"Oke saja bicara keras, itukan ekpresi. Omongan Ahok nggak keras, dimana kerasnya. kan biasa aja itu. Saya nggak liat, kerasnya dimana. Cuma itu gaya bicara dia ditelinga orang betawi tengah kaya saya, dan DNA nya juga bisa dibuktikan, nggak ada masalah. Kita biasa aja ngomong begitu, biasa aja kita mah," terangnya dengan lantang dengan logat Betawi.
Lebih lanjut, ia membandingkan gaya kepemimpinan Jokowi-Ahok dengan Gubernur ke-9 Ali Sadikin. Menurutnya, gaya Jokowi-Ahok lebih bagus ketimbang pemimpin Jakarta periode 1966-1977 itu.
Jokowi-Ahok di mata Saidi lebih mengedepankan hukum, keamanan dan ketertiban masyarakat. Sedang Ali Sadikin kurang dalam hal penegakkan hukum.
"Ali Sadikin nggak masuk itungan, karna dia bela judi, kagak bisa dong disamain sama Ahok dan Jokowi," tuturnya.
"Gubernur sekarang membela hukum dan Kamtibmas, Masa sama kaya Ali Sadikin?" tandasnya.
[ian]
BACA JUGA: