Nasib Angkutan Umum Makin Di Ujung Tanduk

Banyak Kendaraan Yang Sudah Tak Layak Beroperasi Di Ibukota

Senin, 12 November 2012, 09:27 WIB
Nasib Angkutan Umum Makin Di Ujung Tanduk
ilustrasi, Angkutan Umum

rmol news logo Nasib angkutan umum di Jakarta semakin di ujung tanduk. Apalagi angkutan murah andalan warga ibukota, Metromini, sudah tak layak beroperasi karena secara hukum izin operasionalnya tidak sah.

Karena itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) minta Pemerintah Provinsi (Pem­prov) DKI Jakarta secepatnya menyelesaikan persoalan kebe­radaan Metromini. Pasalnya, ke­be­radaan angkutan umum yang murah dan nyaman sangat diha­rapkan warga ibukota.

Pengurus YLKI Tulus Abadi mengatakan, sebenarnya masya­rakat sangat butuh angkutan pe­rintis itu. Karenanya, kata Tulus, harus ada langkah serius dalam menuntaskan persoalan tersebut.   

“Kalau memang sudah tidak layak operasi dan ditarik izinnya, selesaikan secepatnya. Tentunya harus diganti dengan angkutan yang layak operasi di trayek yang sama. Masyarakat sangat butuh angkutan umum di trayek Me­t­ro­mini itu,” katanya, Jumat (9/11).

Tulus menyampaikan penting­nya ketegasan pemerintah daerah dalam mencari solusi terbaik pe­nyelesaian masalah Metro­mini. Persoalan ini juga ber­dam­pak pa­da pendapatan sopir ang­kutan umum. Mereka mengaku bingung karena kerap merugi. Maklum, kendaraan mereka kebanyakan sudah tak layak dan hanya bisa terisi penum­pang hing­ga 30 per­sen dibanding­kan lima tahun lalu.

Salah seorang sopir Metromini 03 jurusan Pulogadung-Senen Iwan mengatakan, saat ini warga Jakarta sudah malas naik ang­kut­an umum. “Warga lebih me­milih sepeda motor. Mungkin saatnya kami tersingkir,” curhatnya.  

Saat ini, kata Iwan, dia hanya bisa membawa hasil keringatnya sekitar Rp 20.000 setelah sehari­an bekerja. Lima tahun lalu, dia bisa membawa sisa setoran antara Rp 50.000 hingga Rp 70.000 un­tuk menghidupi keluarganya.

Masa depan angkutan umum di Jakarta diakuinya sudah tidak jelas. Angkutan yang dulu sangat didam­bakan masyarakat Jakarta itu mulai tersingkir. Motor telah mun­cul sebagai pili­han berken­dara, ka­rena dianggap hemat dari segi waktu maupun harga.

“Sepeda motor bisa menyelip kiri dan kanan dalam menjelajahi padatnya lalulintas ibukota. Bah­kan, tak jarang motor me­nyerobot trotoar yang meru­pakan akses pejalan kaki,” ujarnya.   

Dari total 3.100 unit Metro­mi­ni yang ada di Jakarta, hanya sepa­ruhnya bisa beroperasi. Pengu­saha lebih baik meng­an­dangkan mobilnya karena biaya opera­sional dengan penda­patan sudah tidak sesuai.  

“Kalaupun dijalankan, hasil­nya hanya cukup untuk biaya ope­ra­sional. Selain semakin se­ring­nya kendaraan berganti suku cadang, kutipan liar petugas ber­seragam di sepanjang jalan sa­ngat mem­be­bani sopir,” jelasnya.  

Sebanyak 2.500 pengusaha yang menjadi pemilik Metromini hanya bisa pasrah dengan kondisi ini. Mereka menyadari, seiring dengan perkembangan kota yang begitu pesat, membuat angkutan umum harus tersingkir.

Armada Segera Diremajakan

Direktur Umum Pejabat Se­men­tara (Dirut Pjs) Metromini, Edy Sofiardi mengaku akan se­gera melakukan peremajaan ar­mada dan menaikkan tarif tanpa menunggu izin dari Dinas Per­hubungan (Dishub) DKI Jakarta.

Pasalnya, selama ini persoalan antara Metromini dengan Dis­hub DKI terkait peremajaan ar­mada Metromini telah dica­nang­kan se­jak tahun 2011. Bah­kan me­nurut­nya, pada Januari tahun lalu, Met­romini menge­luarkan ar­mada baru yang lebih baik dan meng­gunakan penye­juk udara (air conditioning/AC).

Armada baru tersebut pun sempat diperkenalkan ke Pem­prov DKI dan dibawa langsung ke Balai Kota Provinsi. Namun sejak itu, izin tarif operasionalnya tidak pernah direalisasikan oleh Dishub DKI Jakarta.

Edy menjelaskan, kendala tek­nis dan biaya pere­majaan ar­mada sebenarnya sudah ditang­gung sendiri oleh pihak Metro­mini, tanpa melibatkan sub­sidi peme­rin­tah.

“Nah penye­suaian tarif yang kami minta itu tidak pernah di­res­pons sampai kini,” keluhnya.

Saat ini, lanjut Edy, pihaknya telah menentukan spesifikasi bus yang akan dioperasikan nanti­nya. Dikatakan, bus baru terse­but ber­bahan bakar solar, ber-AC de­ngan kapasitas 25 kursi pe­num­pang. Bus-bus itu berharga sekitar Rp 500 juta per unit.   

Dengan harga tersebut, mem­buat peremajaan armada bus ma­sih dalam pembahasan. Pasalnya, peremajaan akan membuat tarif Metromini naik. Dalam pemba­hasan itu, di­harapkan Pemerintah Provinsi DKI ikut memberi sub­sidi pembelian armada baru.   

“Kami juga akan mengusul­kan agar tarif bus Metromini di­naik­kan dari Rp 2.000 men­jadi Rp 5.000 per penumpang. Se­bab, ta­rif sekarang tak mem­beri­kan ke­le­bihan apapun bagi sopir, karena seluruh pendapat­an lebih banyak dipakai untuk setoran kepada pe­milik bus,” terang Edy.  

Dijelaskan Edy, peremajaan yang dilakukan pihaknya meru­pa­kan respons terhadap ancam­an Dinas Perhubungan DKI yang akan mencabut izin trayek Met­romini jika tidak dilakukan pe­remajaan.

Ancaman tersebut sempat me­nimbulkan keresahan di antara 2.300 pemilik armada bus. De­ngan program peremajaan ini, diharapkan akan ada peningkatan kualitas pada Metromini. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA