Lonjakan kasus terjadi di berbagai kota, terutama di Guangzhou dan Foshan. Pasien yang terinfeksi dirawat di rumah sakit, dan mereka baru boleh pulang jika sudah dinyatakan negatif atau setelah tujuh hari, mana yang lebih dulu tercapai.
Pemerintah lokal menerapkan penyemprotan anti-nyamuk secara besar-besaran, mirip seperti saat penanganan pandemi.
"Kasus serius jarang terjadi, tetapi ada laporan kasus parah atau kematian selama wabah di luar negeri, jadi penting untuk memperkuat pemantauan dan menjaga kewaspadaan," demikian pernyataan dari Komisi Kesehatan Nasional dan Administrasi Nasional Pengobatan Tradisional China, dikutip dari 9News, Kamis 7 Agustus 2025.
Wabah ini tergolong langka di China. Diduga, virus masuk ke kota Foshan dari luar negeri, lalu menyebar ke lebih dari selusin kota lain. Dalam minggu ini saja, tercatat sekitar 3.000 kasus baru.
Kasus pertama di Hong Kong juga dilaporkan minggu ini, setelah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun jatuh sakit usai berkunjung ke Foshan.
Virus chikungunya terutama ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti dan Ae. albopictus.
Perlu diketahui, chikungunya tidak menular dari orang ke orang, melainkan hanya lewat gigitan nyamuk yang sudah membawa virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus ini jarang mematikan, dan gejalanya biasanya mereda dalam dua hingga tiga hari.
Pemerintah Amerika Serikat telah mengimbau warganya untuk lebih waspada jika bepergian, meskipun belum ada larangan khusus. Sementara pemerintah Australia melalui SmartTraveller belum mengeluarkan peringatan apa pun.
BERITA TERKAIT: