"Kasus itu terdiri dari 336 kasus HIV dan 105 kasus AIDS. Rata-rata didominasi usia 20-29 tahun," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh, Supriyadi, di Banda Aceh, Selasa (11/6).
Supriyadi menjelaskan, sebagian penderita HIV-AIDS itu bukan warga Banda Aceh. Namun, berdomisili dan menjalani aktivitas sosial serta memanfaatkan fasilitas kesehatan di Kota Banda Aceh.
Supriyadi menyebutkan, HIV-AIDS adalah kondisi serius yang berpotensi mematikan. Bahkan, virus yang dapat menyebabkan AIDS, tahap lanjutan dari infeksi HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan merusak sel-sel yang penting untuk melawan infeksi dan penyakit.
"Masalah HIV-AIDS pada remaja merupakan isu yang penting karena remaja rentan terhadap penularan virus ini," terangnya, dikutip
Kantor Berita RMOLAceh, Selasa (11/6).
Dituturkan Supriyadi, terdapat 4 jenis populasi yang berisiko tinggi tertular HIV. Yaitu laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, pekerja seks (pria/wanita), dan pengguna narkoba suntik.
Supriyadi menyebutkan, peningkatan kasus HIV-AIDS di Kota Banda Aceh sejalan dengan meningkatnya populasi kunci LSL.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, kata Supriyadi, sebagian besar kasus positif HIV berasal dari perilaku seksual berisiko di kalangan LSL.
Selain itu, Supriyadi juga menyebutkan pengaruh media sosial yang menampilkan seorang laki-laki berpakaian perempuan sudah dianggap wajar walaupun hanya untuk sekadar konten.
"Namun, akan berpengaruh kepada apa yang dilihat oleh anak-anak remaja untuk ditiru demi mendapatkan follower yang banyak," ujar Supriyadi.
Untuk itu, Supriyadi memperingatkan kondisi tersebut dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan psikologis remaja.
"Awalnya hanya coba-coba, namun kemudian mereka bisa ikut dalam komunitas populasi kunci yang berisiko seperti LSL," tandasnya.
BERITA TERKAIT: