Hal ini sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo yang meminta supaya pengujian sampel tes Covid-19 dilakukan secara massif.
Menanggapi hal tersebut, Ahli Epidemiologi dan Biostatistik FKM UI, Pandu Riono mengatakan tes untuk deteksi Covid-19 sulit di eskalasi dengan cepat lantaran sistem layanan laboratorium diagnostik sudah sangat lemah sebelum pandemik.
"Usulan untuk perluasan jejaring tes sejak awal pandemik diabaikan, terlambat memobilisasi semua alat PCR yang ada di Indonesia," ujar Pandu Riono melalui akun twitter pribadinya, Kamis (30/4).
Selain itu, kapasitas tes yang tidak mampu melayani semua orang dengan suspek Covid-19 turut mengacaukan angka yang dilaporkan setiap hari. Hal Itu disebabkan hanya pasien terkonfirmasi saja yang dilaporkan.
"Diperkirakan hanya 20-30 persen dari yang sesungguhnya. Juga angka kematian Covid-19, kematian PDP (pasien dalam pengawas) tak dilaporkan," ujarnya.
Untuk itu, Pandu meminta kepada Pemerintah perlu adanya perbaikan data angka statistik pandemik Covid-19 karena situasi layanan tes yang masih terbatas.
"Antara lain perlu laporkan jumlah tren PDP, jumlah yang dites, hasil tes positif per jumlah yang dites, jumlah kematian pada orang yang terkonfirmasi dan ODP (orang dalam pemantauan), PDP dengan akurat," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: