Jika kita mencermati kondisi di pusat kebugaran yang selalu penuh oleh para pengunjung. Berbagai alat di sana juga seÂmakin sering bersentuhan dengan tubuh, keringat ataupun cairan tubuh lainnya.
Alat-alat olahraga tersebut tidak selalu memungkinkan unÂtuk diberÂsihkan setelah selesai diperÂguÂnakan. Kondisi seperti itulah yang bisa jadi sumber penularan peÂnyakit kulit ataupun penyakit lainnya, saat terjadi kontak bagian tubuh dari peserta
fitness center.
Infeksi tidak akan terjadi begitu saja. Karena ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kebeÂraÂdaannya. Seperti daya tahan tuÂbuh, tingkat kelelahan, luka lecet ataupun luka terbuka saat berlatih dan juga banyaknya kuman yang kontak dengan kulit, dapat menÂjadi ukuran terjadi atau tidaknya infeksi kulit.
Dokter kesehatan olahraga dari Rumah Sakit Mitra KemaÂyoran, Michael Triangto meÂnyarankan, jika ingin tetap sehat saat berada di tempat kebugaran, perlu menÂjalani pola hidup sehat. Salah satunya, dengan mengÂkonsumsi makanan sehat, viÂtamin serta suplemen.
“Pada orang-orang yang sering berkeringat atau kurang menjaga kebersihan kulit, jamur atau bakÂterinya akan cepat berÂkemÂbang biak menjadi abses atau ekÂsim,†ujarnya dalam acara diskusi keÂseÂhatan di Jakarta, Minggu (27/1).
Abses sendiri adalah, penyakit kulit akut yang bisa menimbulkan nanah di dalam tubuh akibat infeksi bakteri. Triangto menÂjelaskan, abses merupakan tahap terakhir dari suatu infeksi jaÂringan yang diawali peradangan.
“Abses, penyakit kulit yang sering diderita seseorang di pusat kebugaran,†ucapnya. Kulit yang terpapar bekas cairan tubuh orang lain bisa memudahkan infeksi kulit, sehingga bisa menimbulkan gatal-gatal sampai abses.
Menurut Kepala Departemen Kedokteran Olahraga Pengurus Besar PBSI (Persatuan BuluÂtangkis Seluruh Indonesia) ini, ada dua jenis abses, yakni septic dan steril. Kebanyakan jenis abÂses yang diderita adalah jenis septic.
Septic abses dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Dalam kebaÂnyakan kasus, bakteri juga mengÂhasilkan bahan kimia. “HaÂsilnya adalah tebal, caiÂran nanah kuning yang meÂnganÂdung bakteri mati, dicerna jariÂngan, sel-sel darah putih, dan enÂzim,†tutur dokter yang juga aktif sebagai Staf Ahli Medis untuk Persatuan Golf Indonesia ini.
Sementara eksim sendiri adaÂlah, peradangan kronis atau meÂnahun yang timbul pada kulit atas dan menimbulkan rasa gatal. EkÂsim merupakan penyakit kulit jeÂnis dermatitis atopik yang biaÂsanya menimbulkan alergi.
GejaÂla eksim antara lain kulit memerah, gatal, kulit mengeras, bersisik, melepuh hingga timbul bintil-bintil kecil yang mengÂandung air dan nanah.
Eksim biasanya menimbulkan peradangan hebat yang menyeÂbabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kuÂlit, hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan.
Kedua penyakit kulit tersebut bisa berkembang di tempat kebuÂgaran. Pasalnya, di tempat ini kuman dan bakteri bebas berkeÂliaran, karena banyak keÂriÂngat, udara dingin, serta gesekan yang terjadi saat melakukan olahraga,†kata Michael.
Dokter spesialis kulit dan keÂlamin dari Brawijaya Women and Children Hospital Jakarta, Vinia Ardiani Permata menambahkan, peran handuk ketika berolahraga, juga memiliki peran penting dalam memberikan andil terjaÂdinya infeksi pada kulit.
Menurutnya, handuk kotor atau kurang menyerap air bisa meÂmicu timbulnya penyakit kulit. Dalam kondisi yang lembab, jamur atau bakteri itu akan berÂkembang biak sehingga memicu gangguan kulit.
Saat berlatih di pusat kebuÂgaran, pengguna tempat kebuÂgaran perlu menggunakan paÂkaian yang nyaman dan mampu melindungi tubuh dari berbagai hal seperti keringat, udara dingin, gesekan ataupun dari lingkungan yang kurang bersih.
Pada masa seperti sekarang ini, pakaian untuk berolahraga meÂmiliki berbagai model dan umumnya dirancang untuk memÂperlihatkan kejantanan dan keÂmolekan tubuh yang dimiliki.
Tak heran bila pakaian tersebut memiliki banyak “jendela†yang selain memperlihatkan bentuk tubuh juga mempermudah terjaÂdinya kontak langsung dari kulit dengan benda-benda lain yang bersentuhan saat berlatih.
Anak Usia 15 Tahun Paling RentanPenyakit kulit, ternyata masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian masyarakat InÂdonesia. Saat ini, penyakit kulit banyak diderita masyarakat, bahkan menjadi penyakit dengan jumlah penderita terbanyak keÂtiga di Indonesia.
Selain abses dan eksim, peÂnyaÂkit kulit yang sebagian besar dialami masyarakat adalah Patek (Patekan) atau frambusia. BerÂdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan, framÂbusia masih banyak ditemukan di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Di wilayah lain juga masih ada, tapi memang yang paling banyak di wilayah Indonesia timur. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Titi Lestari Sugito mengatakan, penyakit kulit ini ditemukan di beberapa negara tropis sejak tahun 1990-an, seÂperti Afrika, Asia dan Amerika termasuk Indonesia.
Sebagian besar memang menÂjangkiti anak di bawah usia 15 tahun (terbanyak pada kelompok usia 6-10 tahun), khususnya pada masyarakat miskin. PeÂnyakit ini ditularkan melalui kulit yang lecet karena digaruk atau tergores dan berkontak dengan penderita patek.
Patek merupakan penyakit yang disebabkan bakteri. PenuÂlarannya bisa terjadi lewat kontak langsung. Penyakit ini biasanya ditemui, terutama wilayah timur Indonesia. Penyakit ini diseÂbabkan infeksi kronis yang bisa menyerang kulit, tulang, dan tulang rawan.
Penyebabnya adalah bakteri Treponema pallidum, yang juga menyebabkan sifilis. Namun, frambusia tidak menyerang kelaÂmin sebagaimana sifilis. Dalam satu bulan akan timbul benjolan tunggal koreng yang diberi nama induk patek (
mother yaw).
Inilah yang disebut stadium awal dan kemudian koreng ini seÂakan-akan sembuh dengan meÂninggalkan bekas luka seperti kuÂlit buah strawberry (atau
framÂboos dalam bahasa Belanda seÂhingÂga mendapat nama frambusia).
Jika belum terlalu parah, pateÂkan bisa disembuhkan hingga tuntas dengan menggunakan antibiotika tertentu. “Jika sudah terlalu parah, kerusakan kulit akibat koreng dan luka permanen sehingga sulit disembuhkan seperti sedia kala,†ujarnya.
Ia meminta masyarakat tetap menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Pada prinsipnya, peÂnyakit kulit bisa dicegah sejak awal dengan rajin membersihkan tubuh pakai air bersih dan sabun. [Harian Rakyat Merdeka]