Diperiksa KPK 6 Jam, Bupati Solok Selatan Belum Ditahan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Kamis, 05 September 2019, 17:03 WIB
Diperiksa KPK 6 Jam, Bupati Solok Selatan Belum Ditahan
Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria saat keluarg Gedung KPK/RMOL
rmol news logo Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria (MZ) baru saja usai menjalani pemeriksaan kasus dugaan suap proyek pengadaan barang dan jasa Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemkab Solok Selatan, Sumatera Barat Tahun 2018. Dia diperiksa dalam kapasitasnya sebagai tesangka, namun dia belum ditahan KPK.

Kepada awak media, Bupati Muzni mengaku siap kooperatif terhadap penyidik KPK. Dia mengaku sempat dicecar lima pertanyaan soal tupoksinya sebagai Bupati.

"Belum (masuk substansi kasus). Yang penting kita koperatif. Dipanggil datang, kan itu aja. Ditanya 4-5 persoalan tupoksi," kata Muzni kepada wartawan di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (5/9).

Selain Bupati Muzni, KPK juga mengagendakan pemeriksaan terhadap Direktur Dempo Jaringan Sarana Multimedia, Suhandana Peribadi alias Wanda dan Plt Kepala Dinas PU TRP (Tata Ruang Pertanahan), Hanif Rasimon. Namun keduanya diperiksa sebagai saksi.

Bupati Muzni ditetapkan tersangka bersama seorang pihak swasta dari PT Dempo Bangun Bersama (PT DBB) Muhammad Yamin Kahar (MYK). Keduanya dicekal ke luar negeri oleh KPK. Sebab, keduanya belum dilakukan penahanan.

"KPK juga telah mengirimkan surat pelarangan ke luar negeri ke Ditjen Imigrasi, Kemenhumkam selama 6 bulan ke depan terhitung sejak 3 Mei 2019," kata Basaria saat jumpa pers di Media Center KPK, Kuningan Jakarta, Selasa (7/5) lalu.

Dalam perkara ini, KPK menduga telah terjadi pemberian dan janji atau hadiah kepada Muzni Zakaria dari Muhammad Yamin Kahar selaku pemegang tender proyek pembangunan rumah ibadah dan jembatan di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2018.

Bupati Muzni, diduga menerima suap sebesar Rp 460 juta untuk proyek pembangunan jembatan Ambayan dari pihak swasta bernama Muhammad Yamin Kahar selaku pemegang tender.

Selain itu, dugaan aliran dana sebesar Rp 315 juta terkait proyek Masjid Agung Solok Selatan juga diduga diberikan oleh Muhammad Yamin.

Atas ulahnya Muzni selaku penerima suap disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 atau Pasal 12 B UU 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jundcto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Sedangkan MYK selaku pihak pemberi suap, disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau b atau Pasal 13 UU 31/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA