"Dari hasil pendalam tim siber, ini dilakukan oleh kelompok yang dinamakan Saracen terdahulu dan dari MCA," kata Gatot kepada wartawan di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Senin (5/3).
Saracen adalah kelompok penyebar ujaran kebencian atau hate speech di media sosial yang sudah lebih dulu dibongkar oleh kepolisian.
Gatot menjelaskan, dari 45 informasi penyerangan orang sakit jiwa terhadap ulama, hanya tiga kasus yang benar terjadi di dua daerah yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pertama, kasus penganiayaan terhadap Kiai Basri di Cicalengka, Jawa Barat. Lalu, penyerangan terhadap Ustad Prawoto di Bandung, Jawa Barat yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Terakhir, penyerangan atas Kiai Mubarok yang terjadi di Lamongan, Jawa Timur.
Selebihnya, kelompok MCA merekayasa kabar peristiwa tindak pidana umum yang terjadi seolah tindak penyerangan atas para ulama.
"Lalu peristiwa yang tidak terjadi sama sekali tapi diviralkan seolah terjadi penyerangan ulama oleh orang gila," ujar Gatot.
Kepolisian memastikan, penyebaran informasi hoax itu terkait dengan situasi politik menjelang Pilkada Serentak 2018.
Satgas Nusantara sendiri dibentuk oleh Polri untuk mengantisipasi gangguan keamanan jelang dan saat Pilkada berlangsung.
"Satgas Nusantara kami bentuk dalam rangka untuk mendinginkan isu-isu yang berkaitan dengan pilkada agar situasi tidak memanas, tidak sampai meledak," kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di Mapolda Metro Jaya, 19 Januari lalu.
[ald]
BERITA TERKAIT: