"Kerja polri dan BNN sudah semakin baik, tapi harus saling jujur bagaimana mengungkap setiap narkoba, dan pemusnahannya juga harus dipantau," kata Josmar saat dihubungi wartawan, Senin (26/2).
Josmar berpendapat, setiap jaringan narkoba tentu memiliki backing aparat, terlebih sindikat atau jaringan yang bermain dalam jumlah besar. Sehingga, menurutnya hal tersebut akan sulit dideteksi oleh Kepolisian.
"Pelaku narkoba pasti membuat jaringan dengan siapa pun termasuk aparat," ujarnya.
Biasanya, sambung Josmar para bandar besar narkoba ketika mengirimkan barang harus cepat lantaran bandar lainya telah memesan, dia mencontohkan misalnya saat satu ton narkoba jenis sabu yang berhasil diungkap Satgasus Bareskrim Polri, sedikitnya lima sindikat yang sudah memesan narkoba itu untuk didistribusikan.
"Satu ton itu setelah bersandar biasanya langsung dipecah sesuai pesanan lalu langsung didistribusikan ke sindikat dari daerah mana saja. Biasanya jika sebanyak itu hanya untuk sumatera dan dan Jawa," ujarnya.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Tito Karnavian merahasiakan identitas pemesan sabu 1,6 ton dari Jakarta. Pemantauan penyelundupan narkoba ini dilakukan sejak Desember 2017. Namun, pelaku kerap lolos saat akan dilakukan pengejaran di laut.
[nes]
BERITA TERKAIT: