Menurut dia, tekanan tersebut tidak terlepas dari kepentingan partai politik tertentu yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama untuk kembali memimpin DKI Jakarta.
"Jaksa Penuntut Umum kelihatannya mendapatkan tekanan dari atas, disetir dari atas, bahwa dipesan oleh jaksa agung. Nah jaksa agung ini, adalah dari partai Nasdem, nah partai Nasdem ini adalah pendukung saudara Basuki Tjahaja Purnama. Jadi susah sekali orang tidak berpendapat demikian. Saya termasuk orang yang seperti begitu perasaannya," kata Buni di Jakarta, Jumat (28/4).
Dia menilai, apabila perkembangan hukum perkara penistaan agama dengan terdakwa Basuki dikaji lebih mendalam secara kualitatif, akan ada keterkaitan kepentingan golongan tertentu dalam proses hukum Basuki. Terlebih, persepsi publik telah menilai proses hukum Basuki, lebih tajam ke dirinya dibanding ke terdakwa.
"Jadi susah sekali untuk tidak mengaitkan ini dengan dari mana Jaksa Agung ini berasal. Tolong pemerintah, kalau sudah jadi pemerintah itu, mestinya milik seluruh rakyat Indonesia jangan menjadi milik salah satu golongan saja," tegasnya.
Seperti diketahui, nama Buni Yani muncul dalam tuntutan jaksa terhadap terdakwa kasus penistaan agama dengan terdakwa Basuki.
Dalam pertimbangan yang meringankan Basuki, Buni Yani punya andil memperkeruh suasana dengan mengutip kata-kata Basuki dalam pidato di Kepulauan Seribu, tahun 2016, secara tidak tepat.
Unggahan penggalan video pidato Basuki oleh Buni Yani itu membuat masyarakat resah. Reaksi masyarakat terhadap video itu semakin kuat karena Basuki maju sebagai salah satu kandidat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
[sam]
BERITA TERKAIT: