Bahkan, Wakil Kepala Polda Metro Jaya, Brigjen Pol Suntana, menegaskan bahwa Novel masih bagian dari keluarga besar Polri.
"Prinsipnya, polisi concern (perhatian) karena beliau adalah keluarga besar Polri yang harus mendapat perlindungan. Karena tugasnya sangat berat di KPK," ujar Suntana kepada wartawan di Markas Polda Metro Jaya, Rabu (12/4).
Konflik Novel dengan Polri berawal ketika ia menjadi Ketua Satgas penyidikan kasus korupsi simulator SIM Korlantas Mabes Polri dengan salah satu tersangkanya adalah Irjen Pol Djoko Susilo.
Sejak itu, hubungan KPK dengan Polri ikut memanas. Kasus penembakan terhadap enam pencuri sarang burung walet di Bengkulu pada tahun 2004 diangkat kembali. Kala itu, Novel menjabat Kasat Reskrim di Polres Bengkulu.
Tujuh tahun berlalu sejak membongkar kasus seniornya, Novel memilih melepas "seragam cokelat" dan bergabung sebagai penyidik KPK.
Sikap para petinggi Polri menjadi berubah setelah Novel diserang menggunakan air keras oleh orang yang masih misterius sampai sekarang. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Mochammad Iriawan, telah menginstruksikan jajarannya untuk mengusut kasus tersebut.
Apalagi, Presiden Joko Widodo sendiri yang memerintahkan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mencari dan menghukum pelaku serangan. Menurut Jokowi, Novel adalah orang berprinsip yang dilukai dengan cara tidak beradab.
Penyidik senior yang sedang memimpin Satgas kasus korupsi proyek E-KTP itu masih dirawat intensif di sebuah rumah sakit di Singapura.
[ald]
BERITA TERKAIT: