Hal tersebut dikatakan politisi senior Rachmawati Soekarnoputri untuk mengkritik kecenderungan KPK sibuk mengusut kasus-kasus kecil namun melalukan pembiaran terhadap kasus korupsi kelas kakap.
"Publik sebentar-sebentar dikejutkan film
action kelas teri, OTT ini itu, ada aktor, panitera, hakim, artis betulan. Ada juga
big boss reklamasi seperti Aguan, Gubernur Ahok dan banyak lagi," kata dia, Sabtu (18/6).
Tapi, di mata putri Bung Karno ini, semua kasus itu hanya cerita pendek yang tidak ada arahnya. Tanpa kepastian, publik kebingungan mencari ujung dari cerita pemberantasan korupsi.
"Sementara film kolosal seperti mega korupsi BLBI, tidak pernah bisa tayang, bahkan ada iklannya pun tidak. Persis dalam dunia layar perak. Film bisa tayang atau tidak tergantung produser film," sindirnya.
Rachmawati melanjutkan analoginya. Bagi dia, KPK sudah jadi badan sensor film yang tidak independen. Produser film kelas teri akan dibabat habis. Tetapi jika produser pemilik film merupakan orang besar, maka akan diloloskan walau ada pelanggaran hukum.
"Jadi bagaimana kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan, sementara sikap mental munafik hipokrit masih menguasai perilaku penguasa," sesalnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: