Polisi dan Preman Usir Paksa Mahasiswa Unas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 14 Agustus 2014, 01:40 WIB
rmol news logo . Aksi damai mahasiswa Universitas Nasional (Unas) dibubarkan aparat kepolisian dan puluhan preman. Mahasiswa yang melakukan aksi protes terhadap kebijakan rektorat yang dinilai otoriter dan arogan dipaksa mengosongkan kampus 'perjuangan' itu.

Para mahasiswa yang tergabung dalam dalam Keluarga Besar Mahasiwa Unas melakukan aksi damai sejak pukul 11.00 WIB. Dalam aksinya mereka membentangkan spanduk berisi tuntutan, antara lain bertuliskan "Turunkan Rektorat", "Cabut SK skorsing dan Droup Out (DO)", "Lawan Arogansi Pihak Rektorat UNAS", dan "Kembalikan Kawan Kami Yang dipenjara!".

Humas KB Unas, Sadam, mengatakan aksi terpaksa dihentikan setelah puluhan orang yang diduga preman merangsek masuk ke dalam kampus dan berusaha mencopot spanduk tuntutan yang dibentangkan oleh para mahasiswa. Peristiwa itu terjadi (Rabu, 13/8) menjelang Maghrib.

"Sempat terjadi adu mulut antara mahasiswa dengan security dan orang yang diduga preman itu. Tapi akhirnya kita mengalah dan mundur meninggalkan kampus," terang Sadam dalam pernyataannya.

Sadam mengatakan bahwa pemanggilan sejumlah orang yang diduga preman semakin menunjukkan rektorat Unas yang dikomandoi oleh El Amry Bermawi bertindak arogan.

"Ini menandakan pimpinan kampus melakukan tindakan premanisme dan kekerasan, jauh dari kata berpendidikan dan intelektual. Mereka seharusnya menyelesaikan permasalahan ini tanpa memanggil orang tak dikenal yang mengerti apa-apa tentang kondisi di Unas hari ini," katanya.

"Tindakan seperti ini hanya akan menambah keruh suasana. Kami akan terus melakukan aksi damai ini sampai mendapat kejelasan atas kasus ini dari pimpinan kampus," sambung dia.

Pada pukul 20.15 WIB, kata Sadam, mahasiswa yang hendak pulang juga mendapatkan intimidasi oleh preman dan polisi tak berseragam itu.‎ Tak hanya di dalam lingkungan kampus UNAS, polisi tak berseragam dalam jumlah banyak juga terlihat bersiaga mengawal pimpinan rektorat.

Hingga pukul 23.00 WIB tadi, polisi dan sejumlah preman masih berada dalam kampus. Mereka memaksa para mahasiswa meninggalkan kampus yang terletak di Jalan Sawo Manila Pejaten.

"Lembaga pendidikan seharusnya bisa memberikan rasa nyaman terhadap mahasiswanya dan menganyomi untuk mendidik dengan mengedepankan azas Tri Dharma Perguruan Tinggi tetapi kenyataannya sebaliknya. Pimpinan kampus malah mengedepankan kekerasan daripada cara yang mendidik," tandasnya.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA