Kasus JIS Mirip Histeria McMartin di Amerika

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Sabtu, 26 Juli 2014, 03:29 WIB
Kasus JIS Mirip Histeria McMartin di Amerika
net
rmol news logo Kehebohan kasus pencabulan anak didik di Jakarta International School (JIS) mirip dengan histeria McMartin yang pernah melanda masyarakat Amerika Serikat pada pertengahan 1980.

Harry Ponto selaku penasihat hukum JIS menjelaskan, kasus McMartin sangat terkenal di Amerika selama belasan tahun dimulai tahun 1984. Tuduhan yang berdasarkan keterangan palsu anak-anak dan cara penyidikan yang keliru menyebabkan sejumlah guru Taman Kanak-kanak McMartin di California dituding sebagai pelaku pencabulan. Akibatnya. sejumlah guru dan karyawan McMartin diperiksa polisi. Dua diantaranya diadili namun dibebaskan pengadilan karena tidak cukup bukti.

Menurut Harry, sejumlah kemiripan antara kasus JIS dengan kasus McMartin antara lain pengakuan anak-anak yang diperoleh dari cara bertanya yang tidak tepat oleh penyidik kepolisian. Selain itu, dalam kasus McMartin polisi menyebarkan informasi kepada para orang tua murid agar mereka menanyai anak masing-masing apakah sang anak mengalami pencabulan.

"Dalam kasus JIS ada orang tua murid yang berkirim email kepada para orang tua lainnya memberitahu seolah-olah anak masing-masing mengalami pelecehan," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (25/7).

Menurut Harry, belakangan diketahui ada penelitian yang membuktikan bahwa anak-anak bisa memberi keterangan yang keliru jika orang dewasa yang menanyainya menggunakan cara bertanya tertentu.

"Cara bertanya yang keliru bisa mengundang kekeliruan ingatan atau false memory, sehingga jawaban yang diberikan oleh anak yang ditanyai juga tidak benar," ungkapnya.
 
Sementara, praktisi hukum Kartini Muljadi mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak mengalami histeria pencabulan anak seperti yang pernah terjadi di Amerika Serikat dalam kasus McMartin. 

"Kita harus belajar dari kekeliruan yang pernah terjadi dalam kasus McMartin. Kita punya pilihan buat tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menyelidiki apa yang sebetulnya terjadi. Kita harus mencegah agar kehidupan orang yang tidak berdosa jangan sampai hancur akibat kesaksian anak-anak yang diarahkan, atau akibat kekeliruan ingatan anak," tegasnya. [why]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA