Kesepakatan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat keamanan energi dan ekonomi kedua negara di tengah tekanan China.
“Kami telah bekerja keras untuk ini. Kesepakatan ini penting bagi keamanan energi dan ekonomi kedua negara,” ujarnya di hadapan wartawan, seperti dikutip dari
Al-Jazeera, Selasa 21 Oktober 2025.
Berdasarkan salinan perjanjian dari kantor Perdana Menteri Australia, Washington dan Canberra akan menginvestasikan masing-masing 1 miliar Dolar AS dalam enam bulan ke depan untuk pengembangan tambang dan fasilitas pengolahan mineral penting.
Kesepakatan ini juga menetapkan harga dasar (minimum price) untuk mineral strategis, langkah yang diharapkan dapat menstabilkan pasar global yang selama ini didominasi oleh China. Penetapan harga dasar ini menjadi dorongan besar bagi perusahaan tambang Barat yang selama ini menghadapi fluktuasi harga akibat kebijakan ekspor Beijing.
Menurut data Survei Geologi AS, China masih memiliki cadangan tanah jarang terbesar di dunia. Namun, Australia juga memiliki sumber daya besar dan kini ingin memperkuat posisinya dalam rantai pasok global untuk mengurangi ketergantungan terhadap China.
Langkah ini menegaskan peran Australia sebagai pemain kunci dalam strategi negara-negara Barat untuk diversifikasi pasokan mineral penting -- bahan utama kendaraan listrik, turbin angin, radar militer, hingga mesin pesawat. Canberra juga membuka akses bagi sekutu seperti Inggris dan AS terhadap cadangan strategisnya, di tengah meningkatnya kontrol ekspor China yang dianggap mengancam stabilitas pasokan global.
BERITA TERKAIT: