Serangan itu memperburuk ketegangan yang sudah lama berlangsung di sepanjang perbatasan kedua negara.
Dalam sebuah pernyataan resmi, militer Thailand menyebutkan bahwa Tentara Pembebasan Nasional Karen (Karen National Liberation Army/KNLA) menyerang sebuah pangkalan militer Myanmar pada pukul 15.00 waktu setempat.
"Tentara Myanmar berusaha melawan dan meminta bantuan senjata untuk mempertahankan posisi mereka, tetapi akhirnya tidak mampu bertahan," demikian pernyataan militer Thailand, seperti dikutip dari
AFP pada Minggu, 13 Juli 2025.
Akibat serangan tersebut, sebanyak 100 tentara Myanmar dan 467 warga sipil melintasi perbatasan ke provinsi Tak, Thailand barat. Mereka kemudian dilucuti oleh aparat militer dan polisi Thailand, yang juga memberikan bantuan kemanusiaan.
Menanggapi gelombang pengungsi ini, militer Thailand telah memperketat patroli dan pengamanan di sepanjang garis perbatasan untuk mencegah pelanggaran kedaulatan oleh kekuatan bersenjata asing.
“Kami meningkatkan patroli untuk memastikan tidak ada pelanggaran wilayah oleh pihak asing,” ujar seorang pejabat keamanan Thailand.
Konflik di Myanmar terus memburuk sejak kudeta militer pada 2021. Junta militer saat ini menghadapi perlawanan keras dari koalisi kelompok etnis bersenjata dan pasukan pro-demokrasi, termasuk KNLA, yang sudah puluhan tahun berjuang demi otonomi masyarakat Karen.
Pemimpin sayap politik KNLA, Saw Thamain Tun, mengonfirmasi bahwa pasukan gabungan berhasil merebut sejumlah pos militer Myanmar dalam serangan Sabtu lalu.
“Beberapa (pasukan Myanmar) membelot ke pasukan gabungan kami, tetapi beberapa dari mereka lari ke Thailand,” ujarnya.
Serangan tersebut memperkuat peran strategis kelompok etnis Karen dalam perjuangan melawan dominasi junta militer, terutama di wilayah perbatasan tenggara Myanmar yang rawan konflik.
Menurut data PBB saat ini terdapat lebih dari 81.000 pengungsi dan pencari suaka asal Myanmar yang tinggal di Thailand, menandakan skala krisis kemanusiaan yang masih terus berkembang di kawasan tersebut.
BERITA TERKAIT: