Untuk pertama kalinya, Rusia juga secara resmi mengakui kehadiran ribuan tentara Korea Utara yang membantu operasi militer mereka di wilayah tersebut.
Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia, Valery Gerasimov, dalam laporan kepada Presiden Vladimir Putin, menyatakan bahwa Oblast Kursk telah sepenuhnya dibebaskan dari pasukan Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan melalui juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dan dilaporkan oleh media pemerintah Rusia,
TASS.
“Saya ingin secara khusus mencatat partisipasi prajurit Republik Rakyat Demokratik Korea dalam pembebasan wilayah perbatasan Wilayah Kursk yang sesuai dengan Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif antara negara kita memberikan bantuan yang cukup besar dalam menghancurkan kelompok tempur tentara Ukraina yang telah melancarkan serangan,” kata Gerasimov, seperti dikutip
TASS.
Menurut laporan Interfax, Gerasimov juga memuji "ketabahan dan kepahlawanan" tentara Korea Utara, yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 11.000 personel, berdasarkan estimasi dari pihak Ukraina dan Korea Selatan.
Di sisi lain, pihak Ukraina membantah klaim Rusia. Pemerintah di Kyiv menyatakan bahwa meskipun pasukan mereka menghadapi situasi sulit di Kursk, mereka masih mampu bertahan dari pengepungan dan bahkan memukul mundur beberapa serangan darat Rusia.
Serangan Ukraina terhadap Kursk dimulai pada Agustus 2024. Strategi ini bertujuan untuk memaksa Rusia mengalihkan pasukannya dari pertempuran berat di Oblast Sumy dan Donbas, dua kawasan utama yang menjadi titik fokus invasi skala penuh Moskow sejak 2022.
Keterlibatan pasukan asing, terutama dari Korea Utara, menandai eskalasi baru dalam konflik yang telah memasuki tahun ketiganya ini.
Langkah ini juga menunjukkan semakin eratnya hubungan militer antara Moskow dan Pyongyang di tengah isolasi internasional yang semakin dalam terhadap Rusia.
BERITA TERKAIT: