Tiongkok-Kamboja Sepakat Bangun Kanal Penghubung Mekong dan Teluk Thailand

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Minggu, 20 April 2025, 13:26 WIB
Tiongkok-Kamboja Sepakat Bangun Kanal Penghubung Mekong dan Teluk Thailand
Proyek Sistem Logistik Terusan Funan Techo yang didanai Tiongkok dan Kamboja/Net
rmol news logo Tiongkok dan Kamboja resmi menandatangani kesepakatan senilai 1,2 miliar dolar AS untuk mendanai proyek pembangunan Kanal Funan Techo, sebuah jalur air ambisius sepanjang 151,6 kilometer yang akan menghubungkan cabang Sungai Mekong dekat Phnom Penh dengan pelabuhan di Teluk Thailand. 

Menurut laporan Associated Press pada Minggu, 20 April 2025, kesepakatan itu diteken selama  kunjungan kenegaraan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Kamboja hari Kamis lalu, 17 April 2025. 

Ini juga menandai dimulainya kembali proyek kanal yang sempat tertunda sejak upacara peletakan batu pertama pada 5 Agustus tahun lalu. 

Dalam rilis resmi yang dikeluarkan oleh badan pemerintah Kamboja yang memimpin proyek ini, disebutkan bahwa pembangunan kanal akan dilakukan dengan skema bangun-operasi-transfer. 

Investor Kamboja akan memegang 51 persen saham proyek, sementara mitra Tiongkok memegang 49 persen.

“Kanal itu akan menciptakan koridor perairan-laut pedalaman baru yang mampu menangani kapal hingga 3.000 ton bobot mati,” bunyi pengumuman tersebut. 

Proyek ini mencakup penggalian kanal serta pembangunan pintu air, infrastruktur navigasi, dan sistem logistik pendukung lainnya.

Ketua China Communications Construction Company, Wang Tongzhou, menyebut proyek ini sebagai mesin baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 

"Setelah selesai, proyek ini akan secara signifikan mengurangi biaya logistik komprehensif di Kamboja, dan mempromosikan industri Kamboja ke rantai nilai menengah ke atas," ujarnya. 

China Communications Construction Company, yang menaungi kontraktor utama proyek China Road and Bridge Corporation, terlibat langsung dalam pembangunan kanal dari Sungai Bassac menuju provinsi pesisir Kep. 

Namun, perusahaan ini tidak luput dari sorotan karena masuk daftar hitam Amerika Serikat atas keterlibatannya dalam proyek militerisasi Laut Cina Selatan.

Di sisi Kamboja, Perdana Menteri Hun Manet sebelumnya menegaskan pentingnya proyek ini, dengan menyatakan bahwa kanal ini akan dibangun berapa pun biayanya.

Ia menambahkan bahwa kanal tersebut adalah simbol “prestise nasional, integritas teritorial, dan pembangunan Kamboja.”

Pemerintah Kamboja juga mengklaim bahwa proyek ini akan menciptakan hingga 50.000 lapangan pekerjaan langsung dan tidak langsung, serta telah dilakukan penilaian dampak lingkungan yang ketat oleh 48 spesialis. 

“Penilaian tersebut mengonfirmasi dampak lingkungan yang minimal,” tulis pengumuman itu. 

Rute kanal pun dirancang sedemikian rupa untuk menghindari komunitas padat dan situs budaya penting.

Meski demikian, sejumlah pihak menyuarakan kekhawatiran atas dampak ekologis kanal terhadap Sungai Mekong. 

Gangguan terhadap pola banjir alami dikhawatirkan bisa memperparah kekeringan dan mengurangi endapan lumpur kaya nutrisi yang vital bagi pertanian, khususnya produksi beras di Delta Mekong, Vietnam, salah satu wilayah penghasil beras terbesar di dunia.

Proses kompensasi dan konsultasi bagi masyarakat terdampak disebutkan masih berlangsung, dengan pemerintah Kamboja berjanji akan menangani pemukiman kembali secara bertanggung jawab.

Presiden Xi Jinping kembali ke Tiongkok pada Jumat, 18 April 2025 mengakhiri tur tiga negaranya di Asia Tenggara yang juga mencakup Vietnam dan Malaysia.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA