Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Israel Diprediksi Serang Iran Pertengahan 2025, Ketegangan Kawasan Meningkat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Kamis, 13 Februari 2025, 15:22 WIB
Israel Diprediksi Serang Iran Pertengahan 2025, Ketegangan Kawasan Meningkat
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu/Net
rmol news logo Laporan Intelijen Amerika Serikat memperingatkan bahwa Israel kemungkinan besar akan meluncurkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada pertengahan tahun 2025.

Laporan ini pertama kali diungkap oleh The Washington Post pada Rabu waktu setempat, 12 Februari 2025, mengutip berbagai sumber intelijen dari pemerintahan Presiden Joe Biden dan Donald Trump.

Serangan tersebut, jika terjadi, diprediksi hanya akan menghambat program nuklir Iran selama beberapa minggu atau bulan, tetapo dapat meningkatkan ketegangan di Timur Tengah secara signifikan.

"Israel tampaknya bertekad untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, meskipun tindakan ini berisiko memperluas konflik," tulis Washington Post.

Saat ini, Gedung Putih menolak memberikan komentar atas laporan tersebut.

Begitu pula dengan pemerintah Israel, CIA, Badan Intelijen Pertahanan, dan Kantor Direktur Intelijen Nasional.

Namun, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, menegaskan bahwa Trump tidak akan membiarkan Iran mendapatkan senjata nuklir.

"Meskipun ia lebih suka merundingkan resolusi secara damai, ia tidak akan menunggu tanpa batas waktu jika Iran tidak bersedia berunding, dan segera," ujar Hughes.

Menurut laporan intelijen paling komprehensif yang dirilis pada awal Januari, Israel kemungkinan akan menargetkan dua fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Fordow dan Natanz.

Seorang mantan pejabat AS yang memahami laporan tersebut mengatakan bahwa Israel percaya serangannya terhadap Iran pada Oktober lalu telah melemahkan pertahanan udara Teheran, membuatnya lebih rentan terhadap serangan susulan.

Selain itu, laporan menyebutkan bahwa terdapat dua skenario serangan yang sedang dipertimbangkan, dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam menyediakan dukungan pengisian bahan bakar udara serta intelijen.

Di tengah meningkatnya ketegangan, Iran telah bertemu dengan Inggris, Prancis, dan Jerman di Jenewa untuk membahas kemungkinan melanjutkan perundingan nuklir.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, mengatakan kepada TV pemerintah Iran bahwa negaranya tetap terbuka untuk solusi diplomatik.

Namun, Amerika Serikat sebelumnya telah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018 di bawah kepemimpinan Trump, yang didorong oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sejak saat itu, Iran kembali memperkaya uranium, menurut laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Dalam wawancara dengan Fox News baru-baru ini, Trump menyatakan bahwa ia lebih suka mencapai kesepakatan dengan Iran dibandingkan membiarkan Israel melancarkan serangan.

"Semua orang mengira Israel, dengan bantuan atau persetujuan kita, akan masuk dan mengebom mereka habis-habisan. Saya lebih suka itu tidak terjadi," kata Trump.

Dengan semakin banyaknya laporan intelijen yang mengindikasikan kemungkinan serangan Israel terhadap Iran, dunia kini menanti langkah selanjutnya dari para pemimpin global untuk meredakan ketegangan yang semakin memanas.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA