Mayat bergelimpangan, rumah hancur dan ribuan orang berusaha bertahan hidup di tengah kurangnya bahan pokok, air, dan pemadaman listrik.
Presiden Prancis Emmanuel Macron datang langsung ke Mayotte hari Kamis, 19 Desember 2024. Dia menaiki helikopter untuk meninjau besarnya kehancuran akibat topan Chido dari udara.
Ia kemudian menuju ke rumah sakit di Mamoudzou, ibu kota Mayotte, untuk bertemu dengan staf medis dan pasien.
Mengenakan syal tradisional Mayotte di atas kemeja putih dan dasinya, lengan baju digulung hingga siku, presiden Prancis itu mendengarkan keluhan orang-orang yang meminta bantuan.
Seorang anggota staf medis mengatakan kepadanya bahwa beberapa orang tidak minum air selama 48 jam.
"Kami tidak dapat membantu dan kamilah yang membantu," kata seorang karyawan unit psikologi rumah sakit kepada Macron, seperti dimuat
Associated Press.Macron mengatakan selain tim medis yang datang bersamanya, akan ada lebih banyak perawat yang datang menyusul dan rumah sakit lapangan akan didirikan mulai besok, Jumat, 20 Desember 2024.
Pihak berwenang Prancis mengatakan sedikitnya 31 orang tewas dan lebih dari 1.500 orang terluka, lebih dari 200 orang kritis. Namun, dikhawatirkan ratusan atau bahkan ribuan orang telah tewas.
Beberapa warga mengungkapkan kesedihan mereka karena tidak mengetahui tentang mereka yang telah meninggal atau masih hilang.
Macron mengakui bahwa banyak yang meninggal belum dilaporkan. Dia mengatakan layanan telepon akan diperbaiki dalam beberapa hari mendatang sehingga orang dapat melaporkan orang yang mereka cintai yang hilang.
Macron mengatakan ia akan menginap di Mayotte dan akan mengunjungi daerah kumuh yang dilanda topan Chido pada Jumat pagi, 20 Desember 2024.
Warga Mayotte, Abdou Houmadou mengkritik kunjungan presiden Prancis itu karena menurutnya, bantuan daruratlah yang dibutuhkan, bukan kehadiran Macron.
"Bapak Presiden, yang ingin saya sampaikan kepada Anda saya pikir pengeluaran yang Anda lakukan dari Paris ke Mayotte akan lebih baik digunakan untuk membantu masyarakat," tegasnya.
Warga lainnya, Ahamadi Mohammed, mengatakan kunjungan Macron justru baik karena ia akan dapat melihat sendiri kerusakannya.
"Saya pikir kita akan mendapatkan bantuan yang signifikan untuk mencoba dan membangun kembali pulau itu," kata pria berusia 58 tahun itu.
Kantor Macron mengatakan empat ton bantuan makanan dan medis serta penyelamat tambahan berada di dalam pesawat presiden.
Sebuah kapal angkatan laut tiba di Mayotte pada Kamis pagi, 19 Desember 2024 dengan membawa 180 ton bantuan dan peralatan.
Orang-orang yang tinggal di daerah kumuh besar di pinggiran Mamoudzou merupakan yang paling terdampak oleh topan tersebut. Banyak yang kehilangan rumah, beberapa kehilangan teman.
Mayotte, yang terletak di Samudra Hindia antara pantai timur daratan Afrika dan Madagaskar utara, adalah wilayah termiskin di Prancis.
Topan tersebut menghancurkan seluruh lingkungan karena banyak orang mengabaikan peringatan, mengira badai tidak akan terlalu ekstrem.
Mayotte memiliki lebih dari 320.000 orang menurut pemerintah Prancis.
Sebagian besar penduduknya beragama Islam dan otoritas Prancis memperkirakan 100.000 migran lainnya tinggal di sana.
Mayotte adalah satu-satunya bagian dari kepulauan Komoro yang memilih untuk tetap menjadi bagian dari Prancis dalam referendum tahun 1974.
Dalam satu dekade terakhir, wilayah Prancis telah menyaksikan kedatangan migran dalam jumlah besar dari pulau-pulau tetangga, negara merdeka Komoro, salah satu negara termiskin di dunia.
Beberapa migran lainnya datang dari tempat yang jauh seperti Somalia, dengan sebagian orang menilai itu sebagai harapan untuk dapat mencapai benua Eropa.
BERITA TERKAIT: