Kabar itu diungkap oleh juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rik Peeperkorn dalam jumpa pers di Jenewa pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Dikatakan bahwa RS Kamal Adwan kondisinya sangat memprihatinkan dan berfungsi minimal sejak menjadi sasaran militer Israel.
"Tidak ada peringatan resmi atau perintah evakuasi sebelum pengeboman rumah sakit, hanya rumor yang menyebarkan kepanikan," ungkapnya, seperti dimuat
Middle East Monitor pada Minggu, 8 November 2024.
Serangan terjadi hanya seminggu setelah WHO memfasilitasi masuknya delegasi medis darurat Indonesia ke rumah sakit untuk pertama kalinya dalam 60 hari.
Direktur RS Kamal Adwan, Hossam Abu Safieh mengungkap tidak adanya dokter bedah yang tersisa di fasilitas kesehatan tersebut. Adapun staf yang mampu melakukan operasi saat ini hanya tim medis Indonesia.
"Satu-satunya tim medis yang melakukan operasi adalah delegasi medis Indonesia, dan mereka adalah yang pertama dipaksa pergi menuju pos pemeriksaan. Persediaan medis hampir habis, dan ada ratusan korban," ungkap Safief.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tiga rumah sakit utama di Gaza utara hampir tidak berfungsi dan telah diserang berulang kali sejak Israel mengirim tank ke kota utara Beit Lahiya dan Beit Hanoon serta Jabalia di dekatnya pada bulan Oktober.
Pada Jumat, 6 Desember 2024, Kemenkes Gaza menuduh militer Israel melakukan kejahatan perang di Rumah Sakit Kamal Adwan dengan melakukan segala bentuk pembunuhan dan kekerasan di dalam dan di sekitarnya.
Tentara Israel belum mengomentari serangan tersebut. Beit Lahiya telah menjadi lokasi operasi militer yang intens selama dua bulan terakhir yang telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, memaksa ribuan orang melarikan diri dari pengeboman tersebut.
BERITA TERKAIT: