Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

FBI dan CISA Tuding China Curi Informasi Data Pribadi Warga AS yang Terlibat dalam Politik

Laporan: Sarah Alifia Suryadi

Kamis, 14 November 2024, 12:18 WIB
FBI dan CISA Tuding China Curi Informasi Data Pribadi Warga AS yang Terlibat dalam Politik
Logo FBI/Net . (fbijohn.com
rmol news logo Pemerintah Amerika Serikat (AS) melakukan investigasi terhadap upaya peretasan telekomunikasi AS yang diduga dilakukan oleh China.

FBI dan Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) mengungkapkan bahwa spionase ini berupa upaya pencurian informasi pribadi warga AS yang terlibat dalam politik.

"Investigasi berkelanjutan pemerintah AS terhadap target peretasan infrastruktur telekomunikasi oleh Republik Rakyat China telah mengungkap adanya kampanye spionase siber yang luas dan signifikan," tulis CISA dalam pernyataan resmi, dikutip Kamis, 14 November 2024.

FBI dan CISA menyebutkan bahwa aktor siber ini membobol jaringan di beberapa perusahaan telekomunikasi AS.

Mereka mencuri rekaman panggilan komunikasi pribadi dari sejumlah orang yang terlibat dalam politik.

Selain itu, para peretas menyalin informasi tertentu yang menjadi subjek permintaan penegakan hukum AS.

Peringatan ini muncul di tengah berbagai insiden peretasan besar yang dituduh AS dilakukan oleh China untuk mencuri informasi teknologi, intelijen pemerintah, serta menargetkan infrastruktur penting, seperti jaringan listrik.

Pada September lalu, FBI berhasil menggagalkan operasi peretasan oleh China yang dikenal sebagai "Flax Typhoon" yang melibatkan lebih dari 200.000 perangkat lunak.

Perangkat tersebut termasuk kamera, perekam video, dan router.

Bulan lalu, sejumlah pejabat AS mengungkap bahwa peretas China juga menargetkan ponsel kandidat presiden Donald Trump, Senator JD Vance, serta orang-orang terdekat Kamala Harris. 

Meski demikian, FBI dan CISA belum mengonfirmasi apakah kampanye spionase yang diumumkan ini berkaitan dengan insiden peretasan sebelumnya.

Mereka menyatakan akan terus bekerja sama dengan industri telekomunikasi untuk meningkatkan pertahanan siber.

"Kami berharap pemahaman kami terhadap pelanggaran ini akan terus berkembang seiring dengan kemajuan investigasi," tulis lembaga-lembaga tersebut.

Sementara itu, pemerintah China membantah tuduhan yang dilontarkan. Kedutaan Besar China di Washington juga belum memberikan tanggapan terkait hal ini. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA