Dalam sebuah pernyataan bersama yang diunggah di X oleh misi PBB Polandia dan ditandatangani oleh negara-negara termasuk kontributor utama Indonesia, Italia, dan India, pihak negara-negara pengirim menyebut serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian UNIFIL melanggar Resolusi 1701.
Oleh sebab itu, mereka mendesak agar serangan membahayakan semacam itu segera dihentikan.
“Kami mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk menghormati kehadiran UNIFIL, yang mencakup kewajiban untuk menjamin keselamatan dan keamanan personelnya setiap saat,” tegas mereka, seperti dikutip dari
AFP pada Minggu, 13 Oktober 2024.
Mereka menegaskan kembali dukungan penuh terhadap misi dan kegiatan UNIFIL, yang tujuan utamanya adalah untuk membawa stabilisasi dan perdamaian abadi di Lebanon Selatan serta di Timur Tengah.
Penandatangan lainnya termasuk Ghana, Nepal, Malaysia, Spanyol, Prancis, dan Tiongkok, telah menyumbangkan beberapa ratus pasukan dalam misi perdamaian tersebut.
UNIFIL, yang melibatkan sekitar 9.500 tentara dari sekitar 50 negara, bertugas memantau gencatan senjata yang mengakhiri perang 33 hari pada tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah.
Perannya diperkuat oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 tahun itu, yang menetapkan bahwa hanya tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB yang boleh dikerahkan di Lebanon selatan.
Namun, resolusi itu sebagian besar tidak dilaksanakan karena Hizbullah semakin memperkuat diri di daerah perbatasan selama 18 bulan terakhir, menyimpan senjata di sana, menembakkan roket yang tak terhitung jumlahnya ke Israel dan diduga menempatkan pasukannya untuk invasi massal ke Tel Aviv tahun lalu.
UNIFIL mengatakan bahwa, dalam beberapa hari terakhir, pasukan penjaga perdamaiannya diserang di kota Naqura, Lebanon, tempat markas besarnya berada, serta di lokasi lain.
Misi tersebut mengatakan bahwa tembakan tank Israel pada 10 Oktober lalu menyebabkan dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia jatuh dari menara pengawas di Naqura.
Keesokan harinya, pada 11 Oktober dikatakan bahwa ledakan di dekat menara observasi di Naqura melukai dua personel helm biru dari Sri Lanka.
Pada hari Sabtu, 12 Oktober UNIFIL mengatakan seorang pasukan penjaga perdamaian di Naqura terkena tembakan.
Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan kepada AFP bahwa tugas misi penjaga perdamaian telah menjadi sangat sulit karena ada banyak kerusakan, bahkan di dalam pangkalan.
BERITA TERKAIT: