Padahal, sebelumnya umat Kristen Venezuela merayakan hari Natal atau kelahiran Yesus Kristus setiap tanggal 25 Desember.
Di hadapan para pendukungnya pada Rabu (4/9), Maduro menyampaikan keputusannya untuk menjadikan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Natal.
Dia mengaku perubahan itu sebagai penghargaan untuk para pendukung yang memilihnya pada pemilu Juli lalu.
“September telah tiba dan tercium aroma Natal, jadi tahun ini sebagai penghormatan dan terima kasih kepada Anda, saya akan mendeklarasikan Natal pada tanggal 1 Oktober,” ujarnya, seperti dimuat
Reuters.
“Untuk Anda semua, Natal akan tiba dengan kedamaian, kebahagiaan, dan keamanan," kata dia lagi.
Pengumuman tersebut tampaknya ditujukan untuk mengalihkan perhatian orang-orang dari krisis ekonomi dan politik yang mencengkeram Venezuela.
Otoritas pemilu yang dikendalikan pemerintah mendeklarasikan Maduro (CNE) sebagai pemenang pemilihan presiden bulan Juli tetapi menolak untuk menerbitkan hasilnya secara rinci.
CNE mengklaim bahwa hasil sepenuhnya belum bisa dikeluarkan karena saat proses penghitungan mereka mengalami serangan siber. Dan alasan itu dibenarkan oleh Mahkamah Agung Venezuela.
Ini bukan pertama kalinya pemimpin Venezuela menggunakan kekuasaan kepresidenannya untuk mengubah tanggal Natal. Pada tahun 2019, ia memutuskan untuk memindahkan Natal dari Desember ke November.
Setahun setelahnya, ketika dunia berjuang mengatasi pandemi, musim perayaan dimulai lebih awal, pada 15 Oktober.
Ia melakukannya lagi pada tahun 2021, dengan mengumumkan dalam sebuah video yang diunggah di X bahwa Natal akan dimulai pada bulan Oktober.
BERITA TERKAIT: