Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Raja Suku Maori Selandia Baru Tutup Usia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Jumat, 30 Agustus 2024, 09:53 WIB
Raja Suku Maori Selandia Baru Tutup Usia
Raja Maori, Tuheitia/ANI News
rmol news logo Suku Maori di Selandia Baru tengah berduka atas meninggalnya pemimpin mereka yakni Raja Tuheitia pada Jumat (30/8).

Pria berusia 69 tahun itu meninggal karena sakit dan diketahui baru selesai melakukan operasi jantung.

"Seorang kepala suku telah meninggal dunia. Beristirahatlah dalam kasih. Raja Tuheitia meninggal dengan tenang dikelilingi oleh keluarga," ungkap juru bicara Maori, seperti dimuat AFP.

Kiingitanga (gerakan Raja Maori) didirikan pada tahun 1858 dengan tujuan menyatukan Suku Maori Pribumi Selandia Baru di bawah satu penguasa tunggal.

Jabatan tersebut memiliki bobot politik dan simbolis yang signifikan, tetapi tidak memiliki status hukum.

Suku Maori Selandia Baru saat ini berjumlah sekitar 17 persen dari populasi, atau sekitar 900.000 orang.

Tuheitia adalah raja Kiingitanga ketujuh. Pada tahun 2006, ia menggantikan ibunya, Ratu Te Arikinui Dame Te Atairangikaahu, yang memegang jabatan tersebut selama empat dekade.

Raja Maori telah menjadi suara yang kuat dalam politik Selandia Baru, khususnya pada isu-isu yang berasal dari masa lalu kolonial negara tersebut.

Kedatangan orang Eropa ke Selandia Baru pada tahun 1642 membawa penjajahan, diskriminasi anti-Maori, dan peperangan yang akhirnya dihentikan melalui Perjanjian Waitangi tahun 1840.

Perjanjian tersebut, yang ditandatangani antara Inggris dan ratusan kepala suku Maori, dipandang sebagai dokumen pendirian Selandia Baru dan menetapkan kendali Inggris atas negara tersebut.

Namun, undang-undang itu juga memberikan hak yang sama kepada suku Maori seperti rakyat Inggris dan wewenang atas "taonga" atau harta yang tidak berwujud.

Pada bulan Maret, Raja Tuheitia menyerukan dengan penuh semangat agar paus diberikan hak hukum yang sama dengan manusia, dalam upaya untuk melindungi spesies yang disucikan namun rentan tersebut.

Ia ingin mamalia tersebut memiliki hak yang melekat, seperti memiliki lingkungan yang sehat, untuk memungkinkan pemulihan populasi mereka.

Raja Charles III, kepala negara resmi Selandia Baru, mengatakan bahwa ia terkejut mendengar berita duka tersebut. Padahal dia baru-baru ini berbicara dengan Raja Tuheitia melalui telepon.

"Saya sangat senang mengenal Kiingi Tuheitia selama beberapa dekade. Saya dan istri saya sangat sedih mengetahui kematian Kiingi Tuheitia," kata Charles III dalams ebuah pernyataan.

Raja Inggris itu mengatakan dia mengingat dengan rasa sayang yang besar  pertemuannya dengan Raja Tuheitia di Selandia Baru pada tahun 2015 dan di Istana Buckingham tahun lalu.

Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon memimpin penghormatan dari negara Pasifik itu saat bendera dikibarkan setengah tiang di gedung-gedung pemerintah dan publik.

“Hari ini, kami berduka. Saya akan mengingat dedikasinya terhadap Aotearoa Selandia Baru, komitmennya terhadap mokopuna (orang muda), hasratnya terhadap te ao Maori (adat istiadat), dan visinya untuk masa depan di mana semua orang diperlakukan dengan bermartabat dan hormat,” kata Luxon dalam sebuah pernyataan dari Tonga, tempat dia menghadiri Forum Kepulauan Pasifik.

Mantan Perdana Menteri Jacinda Ardern memuji mendiang raja Pribumi tersebut dalam sebuah unggahan di Instagram.

“Anda bekerja tanpa lelah untuk membangun pemahaman dan pengetahuan tentang sejarah bersama kita dan dengan demikian, memperkuat Aotearoa. Dan di antara semua itu, Anda membuat semua orang merasa diterima, Termasuk saya. Tenanglah sekarang," kata Ardern.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA