Menurut seorang pejabat AS yang anonim, bantuan yang diberikan Washington kepada Tel Aviv berupa informasi intelijen yang berguna dalam serangannya melawan Hizbullah.
"AS memberikan bantuan intelijen kepada Israel dalam serangan pendahuluan (Minggu) terhadap Hizbullah di Lebanon," bunyi pernyataan tersebut, seperti dimuat
Middle East Monitor pada Senin (26/8).
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari Israel terkait pernyataan pejabat Amerika tersebut.
Namun, Gedung Putih sebelumnya menyatakan bahwa Presiden Joe Biden memantau dengan saksama berbagai peristiwa di Israel dan Lebanon.
Pesawat tempur Israel melancarkan lebih dari 40 serangan udara di Lebanon selatan Minggu dini hari (25/8), serangan paling parah sejak serangan lintas perbatasan dengan Hizbullah dimulai Oktober lalu.
Tentara Israel mengklaim bahwa serangan itu bertujuan untuk mencegah serangan Hizbullah yang akan datang.
Hizbullah kemudian melaporkan bahwa pasukannya telah memulai serangan balasan bernama "Operasi Arbain" di dua situs militer Israel yakni pangkalan Glilot yang diduduki Israel dan pangkalan udara Ein Shemer, yang terletak 75 km dari Lebanon dan 40 km dari Tel Aviv.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah membantah bahwa Operasi Arbain telah digagalkan Israel.
Sebaliknya, menurut Nasrallah, Hizbullah berhasil melancarkan 340 roket ke target Israel pada Minggu (25/8).
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah terlibat dalam baku tembak harian dengan tentara Israel di seberang Garis Biru, yang mengakibatkan ratusan korban, sebagian besar di pihak Lebanon.???????????????
Eskalasi ini terjadi dengan latar belakang perang di Gaza, di mana Israel telah menewaskan lebih dari 40.400 warga Palestina sejak serangan Hamas pada Oktober 2023.
Kampanye militer tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut menjadi puing-puing dan membuat sebagian besar orang kehilangan tempat tinggal, kelaparan, dan rentan terhadap penyakit.
BERITA TERKAIT: