Menurut
AFP, Durov ditangkap berdasarkan surat perintah atas pelanggaran yang terkait dengan aplikasi perpesanan populer tersebut.
OFMIN Prancis, sebuah badan yang bertugas mencegah kekerasan terhadap anak di bawah umur, telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Durov sebagai bagian dari penyelidikan awal atas dugaan pelanggaran termasuk penipuan, perdagangan narkoba, perundungan siber, kejahatan terorganisasi, dan promosi terorisme.
"Durov diduga gagal mengambil tindakan untuk mengekang penggunaan platformnya dalam tujuan kriminal," ungkap
AFP.Kepolisian mengaku terkejut bahwa Durov datang ke Paris, padahal dia adalah orang yang dicari.
Penyiar Prancis
TF1 menyebut Durov sedang melakukan perjalanan dengan jet pribadinya dari Azerbaijan dan ditangkap sekitar pukul 8 malam waktu setempat.
Setelah ditangkap, Durov dijadwalkan hadir di pengadilan pada hari Minggu (25/8).
Telegram adalah salah satu platform media sosial terpenting di dunia setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Wechat.
Saat ini, Telegram menargetkan untuk mencapai satu miliar pengguna aktif tahun depan.
Durov kelahiran Rusia, 39 tahun, dilaporkan memegang kewarganegaraan Prancis. Ia mendirikan Telegram pada tahun 2013 bersama saudaranya Nikolai.
Durov meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosialnya, bernama VK, yang kemudian ia jual.
Setelah Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022, Telegram menjadi sumber utama konten yang tidak difilter, terkadang vulgar, dan menyesatkan dari kedua belah pihak tentang perang dan politik seputar konflik tersebut.
Menyusul laporan penangkapan Pavel Durov di Prancis, Kedutaan Besar Rusia di Prancis mengambil langkah segera untuk mengklarifikasi situasi.
Aplikasi perpesanan tersebut merupakan salah satu jaringan daring terpenting di Rusia. Aplikasi ini digunakan oleh banyak otoritas dan politisi untuk berkomunikasi.
BERITA TERKAIT: