Menteri Kesehatan Saudi Fahd bin Abdurrahman Al-Jalajel mengatakan, 83 persen dari total korban adalah jemaah haji tidak resmi yang berjalan jauh menuju Mekkah dan sekitarnya untuk beribadah.
"Jemaah haji yang meninggal telah dikuburkan di Mekkah," ujar Al-Jalajel kepada TV milik negara
Al Ekhbariya pada Senin (24/6).
Dia menyebut 95 jamaah dirawat di rumah sakit, beberapa di antaranya diterbangkan untuk perawatan di ibu kota, Riyadh.
Al-Jalajel mengungkap proses identifikasi sempat tertunda karena tidak adanya dokumen identitas dengan banyaknya jemaah yang meninggal.
Kematian banyaknya jemaah haji berkaitan dengan penyakit akibat cuaca panas. Menurut Pusat Meteorologi Nasional Saudi, suhu harian di sana berkisar antara 46-49 derajat celcius.
Menurut dua pejabat diplomatik Mesir, lebih dari 660 warga Mesir termasuk di antara korban tewas, dan semuanya kecuali 31 di antaranya adalah peziarah tidak resmi.
Jemaah haji tak resmi disebut tak punya hotel untuk menghindari panas terik.
Korban jiwa juga termasuk 165 jamaah haji dari india, 98 dari India dan puluhan lainnya dari Yordania, Tunisia, Maroko, Aljazair dan Malaysia. Dua jemaah asal AS juga dilaporkan tewas.
Kematian bukanlah hal yang jarang terjadi pada ibadah haji, yang mana terdapat lebih dari dua juta orang yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji selama lima hari.
Kendati demikian, angka kematian tahun ini sangat tinggi, sehingga menunjukkan adanya keadaan yang luar biasa.
Pada tahun 2015, lebih dari 2.400 jamaah haji tewas dalam tabrakan di Mina selama ibadah haji, yang merupakan insiden paling mematikan yang pernah terjadi pada acara tersebut.
Derek terpisah yang runtuh di Masjidil Haram Mekah pada awal tahun yang sama juga menewaskan 111 orang.
BERITA TERKAIT: