Menteri Imigrasi Kanada, Marc Miller mengatakan bahwa visa untuk kerabat warga Kanada yang ada di Gaza akan meningkat lima kali lipat dari 1.000 visa penduduk sementara yang diberikan berdasarkan program khusus Desember lalu.
Peningkatan itu memungkinkan 5.000 warga Gaza pindah sementara ke Kanada. Kendati demikian, Miller menyadari bahwa perpindahan itu belum bisa dilakukan dalam waktu dekat karena kontrol Israel yang ketat di perbatasan.
“Meskipun pergerakan keluar dari Gaza saat ini tidak memungkinkan, situasinya dapat berubah sewaktu-waktu. Dengan peningkatan batas ini, kami akan siap membantu lebih banyak orang seiring dengan perkembangan situasi,” paparnya, seperti dimuat
AFP pada Selasa (28/5).
Menurut data Imigrasi Kanada, saat ini ada 448 warga Gaza yang telah diberikan visa sementara, termasuk 254 orang berdasarkan kebijakan yang tidak terkait dengan program visa khusus, dan sejauh ini 41 orang telah tiba di Kanada.
Serangan udara Israel pada Minggu malam (26/5) memicu kebakaran di sebuah kamp tenda di kota Rafah di Gaza selatan, memicu kecaman dari para pemimpin global termasuk dari Kanada.
Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly mengaku prihatin dengan serangan tersebut dan menegaskan bahwa negaranya tidak mendukung aksi Israel.
“Kami ngeri dengan serangan yang menewaskan warga sipil Palestina di Rafah,” ujarnya dalam sebuah pernyataan pada Senin (27/5).
Jolu mendesak agar Mahkamah Internasional (ICJ) kembali mengeluarkan perintah yang mampu menghentikan Israel.
“Tingkat penderitaan manusia ini harus diakhiri. Kami menuntut gencatan senjata segera,” tegasnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan di Rafah tidak dimaksudkan untuk menimbulkan korban sipil dan mencium ada sesuatu yang tidak beres.
Militer Israel, yang berusaha melenyapkan Hamas di Gaza, mengatakan pihaknya sedang menyelidikinya.
Hampir 36.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel di Gaza dan diperkirakan 1,7 juta orang, lebih dari 75 persen populasi Gaza telah mengungsi.
Israel melancarkan kampanye militernya setelah militan pimpinan Hamas menyerang komunitas Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
BERITA TERKAIT: