Hingga Rabu (8/5), total korban jiwa akibat bencana alam tersebut telah mencapai 100 orang dan lebih dari 160.000 warga terpaksa mengungsi.
Gubernur Rio Grande do Sul, Eduardo Leite memperingatkan bahwa jumlah korban akan kemungkinan meningkat karena kondisinya terus memburuk, khususnya di Porto Alegre dan kota-kota lain.
"Banyak di antara mereka yang tidak memiliki akses terhadap air minum atau listrik atau bahkan sarana untuk meminta bantuan, karena layanan telepon dan internet terputus di banyak tempat," ungkap Leite, seperti dimuat
AFP. Sekitar 15.000 tentara, pemadam kebakaran, polisi dan relawan sedang bekerja di seluruh negara bagian, banyak di antaranya menggunakan perahu dan jet ski, untuk menyelamatkan warga.
Kantor walikota mendesak perahu penyelamat untuk menghentikan aktivitas mereka, dengan alasan risiko sengatan listrik akibat petir dan angin kencang dengan kecepatan lebih dari 80 kilometer per jam.
Pihak berwenang mendesak masyarakat untuk tidak kembali ke daerah yang terkena dampak karena kemungkinan tanah longsor dan bahaya kesehatan.
“Air yang terkontaminasi dapat menularkan penyakit,” juru bicara pertahanan sipil Sabrina Ribas.
Konfederasi Nasional Kota mengatakan sekitar 61.000 rumah telah rusak atau hancur akibat hujan dan banjir dengan kerugian ditaksir 6,3 miliar reais.
Kerusakan pada sekolah, rumah sakit dan bangunan kota, menimbulkan kerugian hingga 351 juta reais.
Porto Alegre adalah rumah bagi sekitar 1,4 juta orang dan wilayah metropolitan yang lebih besar memiliki jumlah penduduk dua kali lipat.
Bendungan Sungai Guaiba di negara bagian tersebut, yang mengalir melalui Porto Alegre, berisiko jebol, di mana dua di antaranya diperkirakan jebol dalam waktu dekat.
BERITA TERKAIT: