Bahkan baru-baru ini tersiar kabar aksi protes yang terjadi di Universitas California, Los Angeles (UCLA) diwarnai dengan bentrokan antara mahasiswa pro-Palestina dan pro-Israel.
Wakil rektor UCLA, Mary Osako menceritakan bagaimana beberapa pengunjuk rasa berusaha menembus penghalang yang dibuat kampus untuk memisahkan kedua pihak yang bentrok.
"Kedua pihak saling dorong dan meneriakkan kata-kata hinaan dan beberapa di antaranya saling memukul," ungkap Osako, seperti dimuat
Reuters pada Senin (29/4).
Dikatakan Osako, kerusuhan berhasil dihentikan setelah penjaga keamanan kampus dikerahkan untuk melerai massa.
"UCLA memiliki sejarah panjang sebagai tempat protes damai, dan kami sedih atas kekerasan yang terjadi,” tambahnya.
Dikatakan bahwa polisi Los Angeles tidak terlibat dalam upaya meredam kerusuhan.
UCLA mengizinkan mahasiswa pro-Palestina dan Pro-Israel untuk mengekspresikan pandangan mereka. Namun mereka tidak menyangka bahwa keputusan itu mengakibatkan bentrokan yang tidak diinginkan.
Dalam dua minggu terakhir, protes pro-Palestina telah menyebar ke kampus-kampus di seluruh Amerika, dipicu oleh penangkapan massal lebih dari 100 orang di Universitas Columbia lebih dari seminggu yang lalu.
Sejak itu, ratusan pengunjuk rasa dari California dan Texas hingga Atlanta dan Boston telah ditangkap karena mereka meniru perkemahan yang digunakan oleh mahasiswa Columbia untuk meminta perhatian terhadap krisis kemanusiaan di Gaza.
Para pengunjuk rasa menuntut gencatan senjata dalam perang dengan Hamas dan divestasi aset universitas di perusahaan-perusahaan yang terlibat dengan militer Israel, dan diakhirinya bantuan militer AS kepada Israel.
BERITA TERKAIT: