Dalam sebuah wawancara dengan media Eropa
LENA, Tusk mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II berakhir.
"Perang bukan lagi sekadar kenangan masa lalu. Ini adalah ancaman nyata yang telah muncul lebih dari dua tahun yang lalu. Yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah bahwa kita berada di titik di mana skenario apapun bisa terjadi. Situasi ini belum pernah kita alami sejak 1945," kata Tusk, dikutip dari
Malay Mail, Sabtu (30/3).
Serangan Rusia ke Ukraina lebih dari dua tahun lalu, lanjut Tusk, telah menggoyahkan stabilitas pascaperang di Eropa.
Sehingga memaksa banyak pemimpin Eropa yang berupaya meningkatkan pertahanan mereka dan memperkuat dukungan untuk Ukraina.
Sebagai mantan Presiden Dewan Eropa, Tusk menegaskan bahwa Polandia sebagai pendukung setia Ukraina, merasakan urgensi dalam menghadapi situasi tersebut.
Dia yakin kalau Kyiv mengalami kekalahan, maka akan terjadi ketidakstabilan di seluruh Eropa.
“Saya tahu ini terdengar menyedihkan, terutama bagi generasi muda, namun kita harus terbiasa dengan kenyataan bahwa era baru telah dimulai: era sebelum perang. Saya tidak melebih-lebihkan; itu menjadi lebih jelas setiap hari," sambungnya.
Selain itu, keprihatinan terbesar juga muncul dari kemungkinan kembalinya Donald Trump, mantan Presiden AS, yang memiliki pandangan skeptis terhadap NATO.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen Amerika terhadap keamanan Eropa jika Trump terpilih kembali pada pemilihan presiden November mendatang.
Meski begitu ia menegaskan pentingnya menjaga hubungan Transatlantik, meskipun nantinya terdapat perubahan dalam kepemimpinan di AS, guna menjaga kestabilan dan perdamaian di Eropa.
“Tugas kami adalah memelihara hubungan Transatlantik, terlepas dari siapa presiden AS,” kata Tusk dalam wawancara tersebut.
BERITA TERKAIT: