Informasi itu diungkap oleh Kementerian Darurat Rusia dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
Reuters pada Kamis (28/3).
Sementara itu, Menteri Kesehatan Mikhail Murashko mengungkap bahwa 80 orang saat ini berada di rumah sakit dan 205 lainnya masih menjalani pengobatan.
Pembantaian pada Jumat malam (23/3) di Balai Kota Crocus, sebuah tempat perbelanjaan dan hiburan yang luas di pinggiran barat laut Moskow, adalah serangan ekstremis paling mematikan di tanah Rusia dalam hampir dua dekade.
Setidaknya empat pria bersenjata yang membawa senapan otomatis menembaki ribuan penonton konser dan membakar tempat tersebut.
Afiliasi kelompok ISIS (ISIS-K) mengaku bertanggung jawab atas kekerasan tersebut, sementara intelijen AS mengatakan mereka memiliki informasi yang mengonfirmasi bahwa kelompok tersebut bertanggung jawab.
Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) mengklaim pihaknya telah menangkap 11 orang sehari setelah serangan itu, termasuk empat tersangka pria bersenjata.
Keempat pria tersebut, yang diidentifikasi sebagai warga negara Tajik, muncul di pengadilan Moskow pada hari Minggu (25/3), terlihat tanda-tanda pemukulan yang parah pada mereka dan salah satu dari tersangka hampir tidak sadarkan diri selama persidangan.
Para pejabat Rusia bersikeras bahwa Ukraina dan negara-negara Barat mempunyai peran, namun Kyiv dengan keras membantahnya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin berusaha menggunakan serangan Moskow untuk membangkitkan semangat tentara yang bertempur di Ukraina.
Kepala FSB Alexander Bortnikov juga menuduh, tanpa memberikan bukti, bahwa agen mata-mata Barat mungkin terlibat.
Dia mengulangi klaim Putin tentang empat pria bersenjata yang berusaha melarikan diri ke Ukraina sebelum akhirnya ditangkap.
Presiden otoriter Belarusia, Alexander Lukashenko punya kesaksian lain. Dia mengatakan pada Selasa (26/3) bahwa para tersangka sempat berusaha kabur lewat perbatasan Belarus, tetapi tidak jadi karena jalurnya ditutup.
BERITA TERKAIT: