Wakil Menteri Kesehatan Kedua Seoul, Park Min-soo pada Rabu (21/2) mengatakan, ada lebih dari 8.800 dokter muda yang berhenti bekerja untuk memprotes rencana pemerintah yang akan membuka pelung besar-besaran bagi warganya yang ingin sekolah kedokteran.
"Aksi mogok kerja dokter telah dilakukan sejak Senin (19/2). Hingga kini jumlahnya terus meningkat, padahal pemerintah telah mengimbau agar mereka segera kembali ke rumah sakit," ungkapnya, seperti dimuat
AFP.
Pemerintah mengklaim program pendidikan dokter itu sangat penting, mengingat rendahnya jumlah dokter di Korea Selatan dan tingginya angka populasi tua.
Namun menurut para dokter, kebijakan itu hanya akan merugikan penyediaan layanan dan menurunkan kualitas pendidikan.
Beberapa di antaranya juga khawatir jika reformasi pendidikan itu dapat mengikis gaji dan prestise sosial mereka sebagai dokter.
Rumah sakit umum di Korea Selatan sangat bergantung pada dokter junior dalam operasi dan pembedahan darurat.
Akibatnya, sejumah operasi seperti ceaser hingga kanker gagal dilakukan karena dokter tidak tersedia.
Hong Jae-ryun, seorang pasien kanker otak berusia 50-an dari Daegu, mengatakan bahwa kemoterapinya telah ditunda tanpa tanggal yang jelas karena situasi saat ini, meskipun kanker telah menyebar ke paru-paru dan hatinya.
"Itu tidak masuk akal. Di tengah konflik antara pemerintah dan dokter, apa yang bisa dikatakan oleh pasien yang tidak berdaya?," ujarnya.
Seorang pengguna portal web Naver Korea Selatan mengatakan operasi aneurisma otak yang telah lama ditunggu-tunggu oleh ibunya tiba-tiba tertunda.
“Saya marah karena (para dokter) bertindak tidak bertanggung jawab,” tulis pengguna @488653.
Para dokter muda mengatakan reformasi pendidikan kedokteran yang baru merupakan tantangan besar di tengah kondisi kerja mereka yang sulit.
"Meskipun bekerja lebih dari 80 jam seminggu dan menerima kompensasi pada tingkat upah minimum, dokter muda masih diabaikan oleh pemerintah sampai sekarang,” kata Asosiasi Magang dan Penduduk Korea dalam sebuah pernyataan.
Mereka menegaskan bahwa ketergantungan yang berlebihan pada dokter yang masih dalam masa pelatihan dalam sistem layanan kesehatan saat ini adalah hal yang tidak masuk akal dan tidak adil.
Asosiasi Perawat Muda Korea dalam postingan media sosial mendesak agar para dokter kembali bekerja, meskipun mereka bersimpati dengan perjuangan melawan reformasi.
“Jangan abaikan hati nurani Anda terhadap pasien yang ditinggalkan,” tulis asosia tersebut.
BERITA TERKAIT: