Menurut laporan SBU, Minggu (28/1), pejabat Kemenhan bekerjasama dengan karyawan perusahaan senjata Lviv Arsenal menggelapkan uang untuk membeli senjata sebesar 40 juta Dolar AS atau Rp631 miliar.
"Uang itu dialokasikan untuk membeli 100.000 mortir," demikian laporan
SBU, seperti dimuat
LBC News.
Setelah menerima pembayaran, karyawan perusahaan seharusnya mentransfer dana itu ke bisnis yang terdaftar di luar negeri, yang kemudian mengirimkan amunisi ke Ukraina.
Namun barang itu tidak pernah terkirim, uangnya malah dikirim ke berbagai rekening di Ukraina dan Balkan.
Lima orang yang terlibat berhasil didakwa, sementara satu lainnya dipenjara, karena berusaha melarikan diri keluar perbatasan Ukraina.
Jika terbukti bersalah, para pelaku terancam hukuman 12 tahun penjara.
Jaksa Agung Ukraina mengatakan, dana itu telah disita dan akan dikembalikan ke anggaran pertahanan negara.
Investigasi dilakukan ketika Kyiv bergerak memberantas korupsi dalam negeri, guna mempercepat akses keanggotaannya di Uni Eropa dan NATO.
Ukraina diminta mereformasi sistem anti korupsi, sebelum bergabung ke dua organisasi itu.
BERITA TERKAIT: