Mengutip
Defense Express pada Jumat (15/12), disebutkan bahwa banyak pasukan Rusia di medan perang Ukraina mengeluh dengan peluru artileri yang datang dari Pyongyang.
Kemudian sebuah akun Telegram bertema militer di Rusia melakukan pemeriksaan pada sampel senjata Korea. Mereka menunjukkan foto proyektil 152 mm bertanda NDT-3 dan meneliti lima sampel senjata secara acak.
Namun ditemukan bahwa jenis bubuk dan berat dalam masing-masing sampel berbeda. Bahkan beberapa di antaranya tidak memiliki
de-copper, kawat timah yang dimaksudkan untuk mengurangi penumpukan tembaga di dalam laras karena penggunaan berulang kali.
"Beberapa bahan bakar mengandung timbal. Beberapa bahan bakar mengandung kawat timah sementara beberapa lainnya tidak," jelas akun Telegram tersebut.
Selain itu, beberapa selongsong memiliki bekas yang menandakan tutup kedap udara telah terbuka.
Penemuan itu menunjukkan bahwa secara umum amunisi Korea Utara memiliki kekurangan yang sistematis.
Dijelaskan bahwa kualitas peluru yang buruk akan menimbulkan banyak konsekuensi, salah satunya adalah menurunkan akuasi penembakan sehingga tentara Rusia memerlukan lebih banyak amunisi untuk menyelesaikan tugas tertentu.
"Ini bumerang karena peluru yang tidak akurat membuat waktu eksekusi menjadi lebih lama dan tentara akan menjadi sasaran musuh," jelasnya.
Korea Utara diduga menggunakan berbagai jenis bubuk mesiu dalam senjatanya karena keterbatasan bahan yang dimiliki. Negara yang terisolasi dari luar itu berusaha memasukkan bahan yang ada meskipun hasil akhirnya kurang berkualitas.
"Perekonomian terencana di Korea Utara, yang memprioritaskan kuantitas dibandingkan pengendalian kualitas berpengaruh terhadap produk amunisinya," papar laporan tersebut.
Meskipun amunisi Korea Utara bisa dikatakan cacat, tetapi nyatanya senjata itu tetap berbahaya bagi pasukan Ukraina. Beberapa laporan menyebut bahwa amunisi Pyongyang berhasil meningkatkan peluang kemenangan Moskow.
BERITA TERKAIT: