Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Romeo Brawner pada Senin (16/10) mengatakan sebuah kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) mendekat ketika mencoba menyeberang di depan kapal Filipina di dekat pulau Thitu, pos terdepan Manila yang terbesar dan paling strategis di Laut Cina Selatan.
“Manuver berbahaya dan ofensif yang dilakukan oleh PLAN China ini tidak hanya berisiko menimbulkan tabrakan tetapi juga secara langsung membahayakan nyawa personel maritim dari kedua belah pihak,” kata Brawner, seperti dimuat
Reuters.
Sementara itu, jurubicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning menyebut tindakan Beijing itu merupakan upaya untuk mempertahankan kedaulatan dan kehadiran di dekat Thitu, yang disebut Pulau Zhongye oleh China.
“Pendudukan ilegal Pulau Zhongye oleh pihak Filipina telah secara serius melanggar kedaulatan China. Masuk akal dan sah bagi kapal perang China untuk berpatroli di perairan dekat Pulau Zhongye," kata Mao Ning.
Ini adalah upaya terbaru dari serangkaian upaya China untuk memantau dan memblokir misi pasokan Filipina untuk personel di wilayah yang diduduki Manila di Laut Cina Selatan.
China mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut Cina Selatan. Hubungan antara Manila dan Beijing memburuk sejak Presiden Filipina Ferdinand Marcos menjalin hubungan lebih dekat dengan Washington.
BERITA TERKAIT: