Thailand menjadi negara pertama di Asia yang mendekriminalisasi ganja pada tahun 2022. Namun dalam wawancaranya dengan
Bloomberg pada Rabu (20/9), Srettha mengatakan akan membatasi penggunaan ganja secara bebas.
Bahkan Srettha menyebut kebijakan akan diubah untuk hanya mengizinkan penggunaan ganja dalam tujuan medis. Tujuan ini Srettha tetapkan untuk jangka waktu enam bulan ke depan.
"UU tersebut perlu ditulis ulang. Itu perlu diperbaiki. Kita bisa mengaturnya hanya untuk penggunaan medis,” katanya, seperti dimuat
The Straits Times.
Srettha menegaskan, tidak ada jalan tengah terkait penggunaan ganja untuk penggunaan rekreasi.
Meskipun Srettha mengatakan ada kesepakatan luas di antara 11 partai koalisi yang dipimpinnya mengenai perlunya membatasi penggunaan ganja, namun bagaimana tepatnya pemerintahannya akan melanjutkan masih belum jelas.
Partai Pheu Thai yang dipimpin Srettha mempromosikan kampanye garis keras anti-narkoba menjelang pemilu pada bulan Mei, dan berjanji untuk membatalkan kebijakan penting untuk mendekriminalisasi ganja.
Sejak mendekriminalisasi ganja, terdapat hampir 6.000 apotik di seluruh Taiwan yang menjual berbagai produk ganja, mulai dari pucuk ganja hingga ekstrak minyak yang mengandung kurang dari 0,2 persen tetrahydrocannabinol, senyawa psikoaktif yang memberikan sensasi “high” kepada penggunanya.
BERITA TERKAIT: