Begitu yang disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara dengan Natalia Moseichuk di saluran televisi 1+1, pada Minggu (27/8).
Mereka membahas tentang saran dari legislator terkemuka Amerika Serikat, Senator Lindsey Graham, yang mendorong agar Ukraina membuat sebuah gebrakan dengan mengadakan pemilu di tengah perang.
Zelensky memberikan sambutan positif terhadap saran Graham. Pemilu Ukraina disebutnya bisa tetap dilakukan tetapi dalam berbagai kondisi yang mendukung.
Menurut Zelensky, terdapat dua faktor utama yang menjadi patokan keberhasilan pemilu Ukraina tahun depan. Pertama adalah persetujuan dari legislator.
"Asalkan legislator kami mau melakukannya," ujarnya, seperti dimuat
Al Arabiya.
Kemudian terkait biaya, Zelensky mengatakan pemilu di masa damai dapat memakan biaya 5 miliar hryvnia atau Rp 2 triliun. Di masa perang diperkirakan jauh lebih besar.
Zelensky menilai dana pemilu bisa tertutup jika sekutu juga ikut membantu mereka dengan dukungan finansial, di samping pasokan senjata.
"Saya tidak tahu berapa banyak yang dibutuhkan di masa perang. Jadi saya mengatakan kepadanya bahwa jika AS dan Eropa memberikan dukungan finansial," ungkapnya.
Selain itu, menurut Zelensky, pemantau pemilu perlu diturunkan ke garis depan, sehingga pemilihan dapat digelar secara sah dan mencakup seluruh warga mereka.
"Ada jalan keluarnya. Saya siap untuk itu," tegasnya.
Pemilu saat ini tidak dapat diadakan di Ukraina di bawah darurat militer, yang harus diperpanjang setiap 90 hari dan selanjutnya akan berakhir pada 15 November mendatang.
Berdasarkan tanggal normal, harusnya pemilihan Presiden digelar pada Maret 2024, namun ada kemungkinan tertunda karena konflik militer.
BERITA TERKAIT: