Dalam protes yang diorganisir oleh berbagai kelompok Islam, para demonstran pada Sabtu (26/8) menuntut penghentian serangan terhadap simbol-simbol suci mereka serta perlindungan yang lebih kuat terhadap hak-hak dan martabat umat Muslim.
Malieveld Square menjadi tempat berkumpulnya para pengunjuk rasa yang membawa salinan Al Quran dan mengenakan pakaian yang mencerminkan identitas agama mereka, sambil membentangkan spanduk bertuliskan "Al Quran: Sumber Cahaya dan Kebimbingan" dan "Kami Menyayangi Al Quran."
Setelah berkumpul, para peserta bergerak menuju kedutaan Denmark dan Swedia, dan meneriakkan seruan-seruan solidaritas dan kecaman kepada pemerintah, karena kurangnya tanggapan tegas terhadap serangan-serangan yang menargetkan Al Quran di negara itu.
"Hentikan pembakaran kitab suci kami!" dan "Pemerintah Denmark dan Swedia harus bertanggung jawab!," ujar para demonstran.
Seperti dimuat
Anadolu Agency, Minggu (27/8), sebagian aktivis juga dikabarkan mengambil waktu untuk membacakan ayat-ayat Al Quran sebagai bentuk penghormatan terhadap kitab suci mereka.
Seorang psikolog dan salah satu orator dalam protes tersebut, Serdar Isik mengutuk serangan terhadap Al Quran di Denmark, Swedia, dan Belanda. Dia mengkritik perlakuan pemerintah yang dinilainya minim responsif terhadap insiden-insiden tersebut.
"Kami merasa terluka oleh tindakan-tindakan rasis yang dibiarkan begitu saja oleh pemerintah, padahal lebih dari satu juta umat Islam di Belanda merasa terancam," ujar Isik dalam pidatonya, seraya mengecam Walikota Den Haag, Jan van Zanen.
Dalam tuntutannya, para demonstran meminta pemerintah Belanda untuk mengesahkan UU yang melindungi kebebasan beragama dan memastikan harmoni antara kelompok agama dan non-agama.
Aksi tersebut dilakukan setelah serangkaian pembakaran Al Quran terjadi di Belanda, Denmark hingga Swedia, seperti tindakan yang dilakukan seorang politisi sayap kanan Denmark, Rasmus Paludan, dan pemimpin gerakan Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA),Edwin Wagensveld yang melakukan serangan serupa di Belanda.
Situasi tersebut telah meningkatkan keprihatinan yang mendalam terhadap umat Islam di Eropa.
BERITA TERKAIT: