Menurut Sarkozy, warga Niger telah paham betul bagaimana kondisi negara Afrika lain yang sama-sama jatuh di bawah kekuasaan junta.
"Kegagalan mereka (junta Niger) sudah pasti. Orang Afrika memahami bagaimana pemerintahan mengalami kebuntuan di tangan junta militer," tegas Sarkozy, seperti dimuat
African News.
Selain itu, Sarkozy juga mengakui bahwa penempatan tentara Prancis yang begitu lama di Afrika mampu memprovokasi gerakan anti-Prancis.
"Pada kenyataannya, kehadiran tentara kita dalam waktu lama di negara bekas koloni bisa disalahartikan sebagai pendudukan oleh masyarakat setempat," ungkapnya.
Sarkozy mengkritik mantan presiden Prancis François Hollande, yang tetap mempertahankan tentara nasional di Mali setelah kudeta militer 2013.
"Kami tidak dapat menguasai wilayah yang ukurannya tiga kali ukuran Prancis dengan hanya 4.000 tentara yang ditempatkan di sana," tegasnya.
Sejak kudeta dilancarkan awal Agustus, Presiden Nige, Mohammad Bazoum telah ditahan di kediaman kepresidenan bersama putra dan istrinya sejak hari kudeta.
Kelompok blok regional Afrika Barat (ECOWAS) menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Niger untuk mendesak junta agar mau membebaskan Bazoum dan memulihkan pemerintahan.
Junta mengabaikan ultimatum satu minggu yang dikeluarkan oleh ECOWAS, tetapi baru-baru ini mereka bersedia menggelar dialog damai dengan blok regional tersebut.
BERITA TERKAIT: