Sayedee yang juga dikenal sebagai seorang cendekiawan dan pembicara Islam terkemuka di negara tersebut meninggal dunia dalam usia 83 tahun, setelah menjalani masa tahanan selama 13 tahun.
Kepergiannya terjadi setelah ia dikabarkan mengalami komplikasi kesehatan serius selama berada di penjara.
Pada Minggu sore, pemimpin oposisi itu sempat dilarikan ke Universitas Kedokteran Bangabandhu Sheikh Mujib (BSMMU) di Dhaka, karena mengalami serangan jantung sebelum meninggal dunia.
Kematian Sayedee telah menciptakan gelombang protes baru di kalangan pendukung partai Jamaat-e-Islami. Ribuan pendukung berkumpul di rumah sakit tempat ia dirawat dan mengeluarkan slogan-slogan menentang pemerintah.
Mereka mengkritik penahanan Sayedee dalam kasus-kasus yang dianggap sebagai tuduhan palsu dan putusan pengadilan yang diduga memiliki motivasi politik.
“Ketidakadilan serius telah dilakukan kepadanya dengan memenjarakannya seumur hidup dalam kasus palsu dan dibuat-buat,” bunyi pernyataan yang dikeluarkan partai oposisi setelah kematian Sayedee.
Mengutip
TRT World, Selasa (15/8), mantan anggota parlemen itu sebelumnya dijatuhi hukuman seumur hidup atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan selama Perang Pembebasan Bangladesh. Tuduhan tersebut dianggap sebagai bagian dari agenda politik untuk mengadili para pemimpin partai oposisi.
Pada 2013 lalu, pengadilan setempat sempat meminta campur tangan Pengadilan Kejahatan Internasional dalam kasus Sayedee, dengan menuntut hukuman mati atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Putusan tersebut kemudian memicu bentrokan yang mengakibatkan puluhan orang tewas dalam konfrontasi dengan pihak berwenang.
Namun, pada 2014, Mahkamah Agung Bangladesh memutuskan untuk mengurangi hukuman Sayedee menjadi penjara seumur hidup.
Bangladesh memperoleh kemerdekaan dari Pakistan pada 1971 setelah perang yang berkepanjangan. Partai Jamaat-e-Islami diketahui telah lama dituduh bekerja sama dengan pasukan Pakistan selama perang tersebut.
BERITA TERKAIT: