Kabar itu diungkap oleh Perdana Menteri baru Niger, Ali Mahamane Lamine Zeine, dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat
Mehr News pada Senin (14/8).
PM Zeine mengatakan, bahwa junta Niger sangat percaya diri untuk memulai pembicaraan damai dengan ECOWAS dalam beberapa hari mendatang.
“Kami telah setuju dan pemimpin negara kami telah memberikan lampu hijau untuk berdialog," ungkapnya.
Lebih dari itu, Zeine berharap, pertemuan dengan ECOWAS dapat membuat sanksi yang dijatuhkan kepada junta Niger dicabut.
"Kami berharap dalam beberapa hari mendatang, ECOWAS akan menemui kami untuk membahas tentang pencabutan sanksi," ujarnya.
Setelah berminggu-minggu menolak tawaran diplomatik dari PBB, Uni Afrika, ECOWAS dan Amerika Serikat, junta Niger akhirnya setuju berunding dengan ECOWAS untuk menyelesaikan krisis politik di negara Sahel tersebut.
Sinyal positif dari para pemimpin militer itu tercapai setelah sekelompok ulama Islam Nigeria menggelar pertemuan di Niamey pada Sabtu (12/8).
Ulama Nigeria yang dipimpin oleh Sheik Bala Lau bertemu dengan pemimpin kudeta, Jenderal Abdourahmane Tchiani, selama beberapa jam.
Mereka membahas semua masalah termasuk permintaan para pemimpin ECOWAS agar mantan Presiden Mohamed Bazoum dibebaskan.
Hingga kini, junta dengan tegas menolak untuk membebaskan Bazoum yang telah ditahan di kediamannya sejak pengambilalihan pada 26 Juli.
Merespon kudeta, ECOWAS memberlakukan beberapa sanksi, termasuk memutus pasokan listrik ke Niger agar junta menyerah dan mengembalikan pemerintahan demokratis ke negara berbahasa Prancis itu.
Junta mengabaikan ultimatum satu minggu yang dikeluarkan oleh ECOWAS untuk memulihkan demokrasi dan menolak bertemu delegasi ECOWAS yang dipimpin oleh mantan Kepala Militer Abdulsalami Abubakar.
Demikian pula, junta menolak memberikan audiensi kepada Penjabat Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Victoria Nuland.
Bahkan, rencana delegasi gabungan PBB, AU, ECOWAS untuk mengunjungi Niamey Selasa lalu (8/8) dibatalkan oleh junta.
BERITA TERKAIT: