“Musuh terus menggunakan amunisi kimia, melanggar semua konvensi,” kata komandan pasukan strategis Tavris, Jenderal Oleksandr Tarnavskyi pada Senin (7/8), seperti dimuat
Al Arabiya.
Tudingan ini muncul setelah Rusia meluncurkan dua serangan artileri dari MLRS (Multiple Launch Rocket System) dengan amunisi yang mengandung zat kimia, kemungkinan kloropikrin, di area Novodanylivka.
Kloropikrin merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai gas beracun dalam Perang Dunia I. Ini adalah cairan yang sangat mudah menguap dan tidak berwarna dengan bau yang menyengat dan menyebabkan air mata.
Kloropikrin menyebabkan gangguan pernapasan dan iritasi mata hingga melumpuhkan tentara di medan perang. Penggunaannya telah menurun secara signifikan sejak saat itu, namun masih dianggap sebagai agen perang kimia yang potensial.
Kendati begitu, serangan Rusia tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka.
“Rusia berusaha melakukan segala yang mungkin untuk menghentikan gerakan kami. Tapi mereka tidak akan berhasil,” kata Tarnavskyi.
Senjata kimia telah dikutuk secara universal, dan penggunaannya dalam peperangan dilarang keras oleh beberapa konvensi internasional.
Perjanjian yang paling menonjol adalah Protokol Jenewa 1925 dan Konvensi Senjata Kimia (CWC) 1993. Konvensi ini bertujuan untuk mencegah pengembangan, produksi, penimbunan, dan penggunaan senjata kimia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: