Begitu yang disampaikan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, dalam wawancara eksklusif dengan Kantor Berita Politik RMOL di ruang kerjanya pada Selasa (25/7).
Meski hanya berjalan singkat, menurut Dubes, kudeta Wagner telah menunjukkan kerentanan pada sistem pertahanan Rusia.
"Wagner berjalan dari wilayah Ukraina ke Moskow. Itu bisa menempuh jarak 200 kilometer, atau seperti berjalan setengah hari. Tapi tidak ada yang menghentikan pergerakan mereka saat itu," ungkap Vasyl.
Wagner disebut Dubes telah berhasil menguasai kota Rostov-on-Don, mendekati gudang senjata Voronezh, bahkan menghancurkan beberapa pesawat dan helikopter Rusia.
"Rusia tidak mampu melindungi dirinya dari dalam, karena tidak ada tentara lagi yang tersisa untuk melindungi Moskow," tegasnya.
Dubes menyoroti bagaimana saat Wagner meninggalkan Rostov karena kesepakatan untuk mengakhiri kudeta yang dibuat dengan Presiden Vladimir Putin.
Diperkirakan 10 ribu warga Rusia menyatakan dukungan untuk Wagner. Dari video yang beredar, ribuan orang bahkan meminta foto dengan kelompok tentara bayaran yang baru melakukan kudeta.
Dubes tidak yakin apakah masyarakat Rusia sebenarnya tahu apa yang mereka lakukan tersebut. Tetapi sistem yang diterapkan Moskow untuk melanjutkan perang, sangatlah merusak negara itu.
"Saya tidak berpikir mereka mengerti apa yang mereka lakukan. Tetapi sistem manajemen pemerintahan Rusia beberapa busuk, sangat sakit dan tidak baik-baik saja," kata Dubes.
Lebih lanjut, Dubes mengkritik Rusia sebagai penjahat perang karena menggunakan tentara bayaran Wagner dalam waktu yang lama.
Padahal, kata Dubes, jika merujuk pada undang-undang Rusia, dikatakan bahwa melibatkan tentara bayaran adalah kejahatan di negara itu.
"Jadi siapa pun yang mensponsori sponsor, perusahaan tentara bayaran, atau siapa pun yang membiayai tentara bayaran, dia adalah penjahat dan dia harus dihukum hingga 15 tahun penjara," jelasnya.
Dubes menyebut bahwa Rusia dengan jelas telah mengakui mereka telah menggelontorkan dana miliaran rubel untuk membayar Wagner di perang Ukraina.
"Vladimir Putin, dan pemerintah Federasi Rusia, adalah penjahat perang, karena membiayai tentara bayaran Wagner begitu lama," tegasnya.
Wagner memainkan peran kunci dalam keberhasilan Rusia mengambil alih Bakhmut, Ukraina pada Mei lalu, setelah pertempuran sengit dan berdarah selama berbulan-bulan.
Tetapi Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin terus-menerus menuduh militer gagal mendukung anak buahnya selama misi mereka di Bakhmut.
Para pejuang Wagner yang tidak senang dengan perilaku Kementerian Pertahanan Rusia, melakukan pemberontakan dengan mengambil alih kota selatan Rostov-on-Don pada 23 Juni dan mulai bergerak menuju Moskow.
Mereka menghentikan kudeta keesokan harinya setelah ditawari kesepakatan di mana Wagner dapat bermukim kembali di Belarusia dan tidak mendapat tuntutan apa pun dari Kremlin.
BERITA TERKAIT: