Seruan itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, dalam cuitan di Twitter, Minggu (2/7).
"Pemerintah Prancis agar menghentikan kekerasan terhadap rakyat dan menghormati prinsip-prinsip yang didasarkan pada martabat manusia, kebebasan berbicara, dan hak warga negara untuk protes damai,” tulis Nasser, dalam cuitannya.
Pemerintah Iran juga mengimbau warga agar tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu ke Prancis untuk sementara waktu, dan mengingatkan yang sudah berada di sana agar menghindari daerah konflik, demi keselamatan mereka.
Seperti dikutip
Alarabiya, seruan itu datang setelah Prancis terus dilanda gelombang protes, menyusul kematian remaja berusia 17 tahun bernama Nahel Marzouk, keturunan Aljazair-Maroko, yang ditembak mati polisi karena melanggar lalu lintas di Nanterre, pinggiran Paris, awal pekan lalu.
Insiden itu memicu kemarahan publik, yang menilai penembakan itu terjadi karena rasisme yang kerap dilakukan kepolisian Prancis kepada penduduk di pinggiran kota berpenghasilan rendah, terutama etnis minoritas.
Atas aksi yang meletus itu, ribuan demonstran telah ditangkap pihak berwenang Prancis, setelah diduga membakar ratusan mobil, merusak sejumlah bangunan, dan menjarah toko-toko di beberapa kota.
BERITA TERKAIT: