Kendati demikian, kondisi warga di kamp pengungsian juga belum aman. Baru-baru ini laporan menyebut sedikitnya 628 orang jatuh sakit di tempat penampungan.
Dewan Penanggulangan dan Pengurangan Risiko Bencana Nasional mengatakan pengungsi yang sakit berusia antara 2 hingga 64 tahun, dengan jenis penyakit yang beragam.
"Ada sepuluh jenis penyakit yang diderita pengungsi termasuk batuk, pilek, demam, gastroenteritis, infeksi saluran pernapasan akut, dan penyakit kulit," ungkap badan tersebut, seperti dimuat
Xinhua pada Senin (19/6).
Sejak dua minggu lalu, hampir 39.000 orang terkena dampak letusan gunung api Mayon, di Provinsi Albay. Lebih dari 20.000 orang yang tinggal di zona bahaya gunung sudah evakuasi.
Pemerintah setempat juga mendirikan 28 pusat evakuasi bagi para pengungsi, biasanya di ruang kelas sekolah.
Sementara itu, Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina di hari yang sama mencatat adanya aliran piroklastik dari kubah lava gunung berapi yang runtuh selama tiga menit.
Gumpalan kabut panas naik hingga 600 meter, dan institut tersebut masih mempertahankan tingkat siaga gunung berapi pada 3 dari skala 5.
Gunung berapi Mayon terakhir kali meletus pada tahun 2018, mengakibatkan lebih dari 23.000 orang dievakuasi dari sembilan kota dan kotamadya.
BERITA TERKAIT: