Hal itu diungkap badan intelijen AS, FBI dalam sebuah peringatan terbaru yang diterbitkan untuk warga Amerika, pada Kamis (8/6).
Menurut FBI, para pelaku menggunakan AI untuk mengedit foto korban senyata mungkin dengan tampilan tidak senonoh, itu ditujukan untuk mengintimidasi dan menipu target mereka.
"Foto-foto tersebut kemudian dikirim langsung ke korban oleh aktor jahat. Korban mendapat ancaman dan mau tidak mau harus melakukan apa yang diinginkan pelaku agar foto bermuatan seksualnya tidak tersebar,” jelas FBI, seperti dimuat
The Jerusalem Post Gambar yang digunakan untuk memeras korban di klaim FBI tampak sangat mirip dengan aslinya dan tidak jarang korbannya juga berasal dari anak-anak.
“Hasilnya seringkali tidak dapat dibedakan dari foto asli di kehidupan nyata,” kata FBI.
Foto mereka diambil dari pos online, pesan pribadi, atau obrolan video. Kemudian diedit dengan AI untuk mendapat kualitas foto yang senyata mungkin.
FBI tidak merinci tentang aplikasi AI apa yang digunakan untuk menghasilkan foto tersebut, namun mencatat bahwa jumlah kasus penipuan editan foto terus bertambah setiap harinya.
BERITA TERKAIT: